ResistNews - Para pemuka agama di Nigeria mengkritik rencana Presiden Goodluck Jonathan menerapkan undang-undang keluarga berencana.
Kalangan ulama di Nigeria utara, yang sebagian besar berpenduduk Muslim, mengatakan, mereka akan menolak undang-undang yang membatasi jumlah anak.
Mereka mengatakan, pendekatan edukatif lebih bisa diterima daripada memaksakan jumlah anak melalui perangkat hukum.
Presiden Jonathan mengatakan, warga Nigeria yang tidak berpendidikan memiliki anak terlalu banyak.
PBB memperkirakan 160 juta penduduk Nigeria dewasa ini bisa membengkak menjadi 400 juta jiwa pada 2050.
Nigeria merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di benua Afrika.
Jonathan mengakui, membatasi jumlah anak adalah masalah sangat sensitif, namun menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat jumlah penduduk menjadi tidak terkendali.
"Agar kita bisa membuat perencanaan dengan lebih baik, kita harus mengatur jumlah penduduk, meski saya tahu ini masalah yang sangat sensitif," kata Jonathan saat melantik anggota baru Komisi Kependudukan Nigeria, di Abuja, hari Selasa (26/6), dimuat BBC, Kamis (28/6/2012).
"Kita orang-orang yang relijius. Ini bukan persoalan mudah," tambahnya.
Penduduk Nigeria rata-rata naik 2,5% per tahun, angka yang dinilai terlalu tinggi mengingat Nigeria sudah relatif padat, sementara negara tersebut kekurangan sarana dan prasarana pendukung.
Ia juga mengatakan, faktor agama menjadi tantangan ketika pemerintah ingin membatasi penduduk.
"Pemeluk Islam, Kristen, dan agama-agama lain meyakini bahwa anak adalah amanah dan pemberian Tuhan," kata Presiden Jonathan.
"Jadi, sulit mengatakan kepada warga Nigeria untuk membatasi jumlah anak karena mereka tidak ingin menolak pemberian Tuhan," katanya.(hidayatullah)
Kalangan ulama di Nigeria utara, yang sebagian besar berpenduduk Muslim, mengatakan, mereka akan menolak undang-undang yang membatasi jumlah anak.
Mereka mengatakan, pendekatan edukatif lebih bisa diterima daripada memaksakan jumlah anak melalui perangkat hukum.
Presiden Jonathan mengatakan, warga Nigeria yang tidak berpendidikan memiliki anak terlalu banyak.
PBB memperkirakan 160 juta penduduk Nigeria dewasa ini bisa membengkak menjadi 400 juta jiwa pada 2050.
Nigeria merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di benua Afrika.
Jonathan mengakui, membatasi jumlah anak adalah masalah sangat sensitif, namun menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat jumlah penduduk menjadi tidak terkendali.
"Agar kita bisa membuat perencanaan dengan lebih baik, kita harus mengatur jumlah penduduk, meski saya tahu ini masalah yang sangat sensitif," kata Jonathan saat melantik anggota baru Komisi Kependudukan Nigeria, di Abuja, hari Selasa (26/6), dimuat BBC, Kamis (28/6/2012).
"Kita orang-orang yang relijius. Ini bukan persoalan mudah," tambahnya.
Penduduk Nigeria rata-rata naik 2,5% per tahun, angka yang dinilai terlalu tinggi mengingat Nigeria sudah relatif padat, sementara negara tersebut kekurangan sarana dan prasarana pendukung.
Ia juga mengatakan, faktor agama menjadi tantangan ketika pemerintah ingin membatasi penduduk.
"Pemeluk Islam, Kristen, dan agama-agama lain meyakini bahwa anak adalah amanah dan pemberian Tuhan," kata Presiden Jonathan.
"Jadi, sulit mengatakan kepada warga Nigeria untuk membatasi jumlah anak karena mereka tidak ingin menolak pemberian Tuhan," katanya.(hidayatullah)