-->

Tantangan-tantangan Monumental Menunggu Mohamed Morsi

http://salam-online.com/site/wp-content/uploads/2012/06/Mursi-guardian-jpeg.imge_.jpgGambar-gambar yang menunjukkan begitu banyaknya orang yang bergembira di Tahrir Square menyusul terpilihnya Dr Mohamed Morsi adalah suatu reaksi yang dapat dimengerti; mengingat bahwa pemilihan presiden ini merupakan pemilu yang paling terbuka dalam sejarah Mesir modern.
Namun, ada sedikit keraguan bahwa dengan memilih dia, rakyat akan melanjutkan trend – yang sebelumnya terlihat di Tunisia, Maroko dan di tempat-tempat lain – dengan memilih calon yang dikenal karena latar belakang keIslaman mereka dan yang telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk kebijakan dan pemerintahan yang Islami. Sejauh ini, hal ini merupakan tanda selamat datang dan dukungan bagi Islam di dunia Muslim.
Dr Morsi pasti tahu bahwa kata-katanya akan menarik bagi penduduk Mesir yang muslim ketika dia menggemakan pidato Khalifah pertama dalam Islam, Sayyiduna Abu Bakar as-Siddiq (ra), dalam pidato kemenangannya ketika dia berkata, ” Selama saya taat kepada Allah dalam urusan Anda. Jika saya tidak melakukannya, dan saya tidak taat kepada Allah dan tidak mematuhi apa yang saya janjikan, Anda tidak diwajibkan untuk mematuhi saya “. Dia sudah sepantasnya menghormati rakyat Mesir yang pemberani, khususnya para syuhada, dan dengan berbuat demikian telah mengingatkan kita pada beban berat harapan yang ada di pundaknya.
Jadi, pada titik kritis ini, penting untuk melihat tantangan yang menunggu Mesir di bawah Presiden baru. Sementara Dr Morsi menyebutkan beberapa tantangan yang jelas dalam pidatonya - seperti perlunya persatuan rakyat - ada baiknya mempertimbangkan poin-poin berikut, yang merupakan hal-hal kecil:
1. Tidak seperti pendahulunya, presiden baru ini tidak memiliki kekuatan yang nyata. Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata [SCAF] telah menentukkan banyak kekuatan bagi dirinya sendiri, juga dengan kekuatan yang memungkinkan pengadilan untuk membubarkan parlemen dan mencoba mendominasi dengan mempengaruhi penulisan konstitusi baru.
2. Harus diakui bahwa orang dengan karakter dan moral yang lurus tidaklah sama dengan negara yang adil dan benar. Mesir masih menjadi negara yang sama, tetapi dengan Presiden yang baru, dan Presiden baru ini akan merasa sulit untuk bisa memenuhi janjinya yang sangat dibutuhkan bahwa ‘revolusi akan terus berlanjut hingga bisa mewujudkan semua tujuan-tujuanya’ saat kekuasaanya telah dikebiri, dan jika dia bekerja sedemikian rupa maka itu untuk membuat SCAF atau Amerika tetap bahagia.
3. Dr Morsi menyatakan kembali keinginannya untuk setia kepada Islam dengan mengatakan “bahwa saya tidak akan pernah mengkhianati Allah dalam urusan Anda, atau tidak mematuhi-Nya dalam urusan negara saya”. Namun, pernyataan ini hampir tidak mungkin sejalan dengan pernyataan lain dalam pidatonya. Misalnya, ketika dikatakan “kami akan menghormati perjanjian-perjanjian internasional dan konvensi-konvensi yang kami tanda tangani” yang akan bertentangan dengan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah jika hal itu termasuk Perjanjian Camp David, serta beberapa perjanjian dan konvensi lainnya.
4. Slogan-slogannya seperti ‘keadilan sosial, kebebasan dan martabat manusia’ bagi semua warga negara akan disambut oleh banyak orang, serta janji untuk’ menegakkan keadilan dan kebenaran ‘. Namun, tantangan bagi politisi Islam adalah untuk menunjukkan bagaimana hukum Shar’iah, yang berasal dari Quran dan Sunnah, bisa mengamankan tujuan-tujuan itu - dan melakukannya lebih baik daripada sistem-sistem lainnya.
Tantangan bagi Dr Morsi adalah menahan tekanan dari pemerintah kolonial Barat dan kepemimpinan militer sekuler, yang masing-masing melayani kepentingan mereka sendiri, namun yang semuanya akan menggambarkan pemerintahan Islam yang hanya berdasarkan Quran & Sunnah sebagai pemerintahan ‘ekstrimis’. Kita telah melihat para politisi Islam yang berkuasa sebelumnya, seperti di Turki - yang juga memiliki tentara sekuler yang menjamin bahwa Islam tidak dijadikan rujukan dalam pemerintahan.
Apa yang Mesir benar-benar butuhkan adalah penerapan sistem pemerintahan Islam. Tantangan bagi Dr Morsi adalah bagaimana membuat hal ini menjadi kenyataan, sehingga Allah, Rasul-Nya maupun kaum Muslim tidak dikhianati dalam urusan pemerintahan ini.
Kami berdoa agar Allah menuntun kita dan membimbing Dr Morsi sehingga dia terhindar untuk membuat kesalahan yang sama seperti para pendahulunya di Turki, Sudan dan di Mesir - atau memang dalam hal ini di tempat-tempat seperti di Irak dan Afghanistan, di mana konstitusi sekuler menghasilkan slogan-slogan Islam yang dangkal.
Dia telah meletakkan standar yang tentu saja semua orang pasti akan terus meminta pertanggung jawabannya. Jika orang-orang yang memiliki sentimen keislaman yang dia himbau dalam kampanye pemilunya dan dalam pidato kemenangannya menangkap beberapa pesan yang bertentangan seperti yang disebutkan, mereka pasti akan mengamati dengan teliti masa jabatannya sejak hari pertama dia berkuasa- sebagaimana yang dituntut oleh tradisi terbaik Islam. (RZ/Sumber: http://www.hizb.org.uk/current-affairs/the-monumental-challenges-awaiting-dr-mohamed-morsi)