ResistNews - Parlemen adalah nama sebuah lembaga legislatif yang sudah tak asing di telinga kita, terlebih kita tinggal di negara demokrasi. Ya parlemen adalah sebuah dewan perwakilan rakyat dengan anggota yang dipilih untuk satu periode berdasarkan suara terbanyak, mereka yang dipilih itu mewakili rakyat dalam mengambil keputusan. Pada hakikatnya parlemen adalah lembaga kekufuran karena menjadikan suara rakyat sebagai tandingan dari hukum-hukum Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Nah, tahukah anda bahwa orang-orang kafir Quraiys dahhulu juga memiliki parlemen untuk menyusun rencana-rencana mereka. Darun Nadwah namanya. Dalam parlemen inilah masalah-masalah politik yang pelik biasanya mereka putuskan.
Ketika da'wah Islam yang diusung oleh Rosulullah Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
dan para sahabatnya sudah semakin gencar dan terus mendapatkan simpati
serta kepercayaan penduduk Mekah dan sekitarnya, maka orang-orang
musyrik itu pun semakin gempar. Terlebih lagi ketika orang-orang musyrik
itu melihat para sahabat Rosululloh telah berkemas-kemas untuk
berhijrah dengan memwaba keturunan serta harta mereka menuju
perlindungan kaum Aus dan khazraj. Orang-orang kafir Quraisy itu sangat
menyadari betapa sosok Muhammad Shollallohu Alaihi Wa Sallam memiliki pengaruh yang begitu besar plus leadership
(gaya kepemimpinan) yang sempurna. Demikian pula mereka menyadari tekad
bulat, istiqomah serta pengorbanan diri di jalan Alloh yang dimiliki
oleh para sahabatnya.
Karena
itu, Kamis 26 Shafar tahun 14 kenabian yang bertepatan dengan September
622 M, parlemen Mekkah (Darun Nadwah) mengadakan pertemuan yang paling
kritis dalam sejarahnya, tepatnya pada pagi hari. Pertemuan ini dihadiri
oleh semua perwakilan Quraiys guna mempelajari langkah pasti yang dapat
menjamin keberhasilan secara cepat di dalam menghabisi pemangku panji
da'wah islam tersebut dan memutus aliran cahayanya sehingga
eksistensinya berakhir untuk selama-lamanya. Di antara wajah-wajah
terpandang yang mewakili kabilah-kabilah terpandang yang mewakili
kabilah-kabilah Quraiys yang hadir dalam pertemuan yang amat kritis itu
adalah:
- Abu Jahal bin Hisyam, mewakili kabilah Bani Makhzum
- Jubair bin MUth'im, Thu'aimah bin 'Adiy, al Harits bin A'mir (Ketiganya mewakili Bani Nuafal bin 'Abdi Manaf)
- Syaibah bin Rabi'ah, 'Utbah bin Rabi'ah. abu Sufyan bin Harb (ketiganya mewakili Bani 'Abd Syams bin 'Abdi manaf)
- an-Nadlr bin al-Harits, mewakili Bani 'Abd ad-Dar
- Abul Bukhturiy bin Hisyam, Zam'ah bin al-Aswad, Hakim bin Hizam (ketiganya mewakili bani Asad bin 'Abd al-'Uzza)
- Nabih bin al-Hajjaj, Munabbih bin al-Hajjaj (keduanya mewakili Bani Sahm)
- Umayyah bin Khallaf, ia mewakili Bani Jumah
Iblis pun Hadir
Tatkala
mereka semua telah berdatangan menuju parlemen (Darun Nadwah) sesuai
janji yang telah ditentukan, datanglah Iblis menghadang mereka. Iblis
menyamar dalam rupa seorang syaikh yang berwibawa dan mengenakan pakaian
yang tebal. Dia berdiri di depan pintu. Para hadirin itupun menegurnya,
"Siapa gerangan bapak tua ?"
Dia menjawab, "Orang tua, penduduk Najd yang telah mendengar perihal tujuan pertemuan kalian.”
Mereka berkata, "Baiklah, silahkan masuk"
Iblis yang telah menyamar itu pun masuk bersama mereka.
Ketika
persidangan dimulai, Abul Aswad mengawali dengan mengusulkan agar
Rosululloh dibuang saja ke negeri lain. Namun usulan ini ditolak oleh
syaikh/bapak tua itu (Iblis). Alasannya karena mereka sadar akan
kepribadian Rosululloh yang memukau, takut kalau di negeri tersebut
Rosululloh masih saja mengkader para pemegang panji Islam.
Abul Bukhturi memberikan usulan kedua, yaitu agar Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam
dipenjara saja hingga menemui ajalnya di dalam penjara. Tapi lagi-lagi
usulan ini juga ditolak oleh bapak tua itu (Iblis). Alasannya karena
mereka tahu para sahabat Rosululloh tak akan tinggal diam untuk
membebaskan Rosululloh Shollallohhu 'Alaihi wa Sallam dan kelak akan tetap menaklukan Mekkah.
Setelah
dua usulan ditolak, Abu Jahal mengusulkan agar tiap kabilah Quraiys
mengutus seorang pemuda yang kuat perkasa, lalu secara bersama-sama
pemuda-pemuda tersebut mendatangi Rosululloh dan membunuhnya serentak.
Ketika Rosululloh telah terbunuh maka tanggung jawab atas kematiannya
terbagi secara merata pada semua kabilah Quraiys, sehingga Bani Abdul
Manaf tidak akan membuat balasan. Kemungkinannya hanya akan menuntut diyat (denda).
Maka Iblis itu pun menyetujui dan berkata, "Inilah pendapat yang saya kira tidak ada yang lebih tepat darinya." (lihat, Syaikh Sofiyurrahman al-mubarokfuri, Siroh Nabawiyah)
Parlemen Darun Nadwah akhirnya sepakat dengan ide Abu Jahal tersebut. Mereka mempersiapkan konspirasi untuk membunuh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
sebagai hasil rapat mereka. Setelah diputuskannya rencana tersebut,
Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Rosulullah agar beliau hijrah
menyusul para sahabatnya yang telah lebih dulu berangkat ke Madinah.
Hingga pada akhirnya Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam pun meninggalkan tanah kelahirannya Mekkah menuju Madinah. (lihat Ibnu Hisyam, Siroh Nabawiyah, jilid 2 hal. 98).
_________________
_________________
Dari kisah ini maka kita bisa ambil beberapa faidah dan ibroh, diantaranya:
1.
Sistem parlemen sudah ada di masa Rosululloh, namun beliau tidak memilih
jalur parlemen untuk membentuk masyarakat Islami, melainkan beliau
tetap berda'wah dan berhijrah ke Madinah, kemudian mendirikan negara
Islam di Madinah.
2. Iblis
adalah musuh abadi yang benar-benar ada, hanya saja Iblis dan
keturunannya tidak bisa terlihat oleh kita manusia, kecuali jika Iblis
itu telah merubah wujudnya menjadi manusia atau hewan seperti pada kisah
di atas.
3. Iblis
dan keturunannya selalu berusaha menyesatkan manusia, bahkan boleh jadi
di gedung parlemen saat ini pun ada sosok manusia jelmaan Iblis yang
berusaha menjauhkan manusia dari syariat Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Maka dari itu waspadalah selalu...!!
Disadur dari majalah Intisari HASMI (vol 11/2010)
(jeko)
