Gerakan Sosial dan Demonstrasi Masyarakat Diminta Fokus Kritik BBM
ResistNews - Gerakan sosial dan demonstrasi masyarakat akan lebih arif jika
difokuskan untuk mengkritik masalah bahan bakar minyak, kata sosiolog
Nia Elvina.
"Karena banyak informasi mengenai bahan bakar
minyak tidak bisa diakses masyarakat," kata staf pengajar sosiologi
Universitas Indonesia (UI) itu di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ia menjelaskan, isu BBM memang krusial dan sarat dengan muatan politik,
mengingat banyaknya informasi yang tidak bisa diakses oleh masyarakat.
Artinya, kata dia, dalam kacamata sosiologi masyarakat komunikatif itu
belum terbentuk karena banyak informasi yang dimanipulasi oleh para
politisi.
"Misalnya, fakta tentang kelompok mana yang paling banyak menikmati subsidi BBM," katanya.
Menurut dia, jika dikaji lebih mendalam, ternyata subsidi BBM (premium)
pada 2010 sebanyak 55 persen itu dinikmati oleh pengendara mobil
pribadi.
"Lebih ironis lagi, data Susenas 2010 menunjukkan
bahwa rumah tangga (RT) kaya menikmati subsidi premium 10 kali lipat
daripada RT miskin," katanya.
Ia menilai informasi semacam itu yang tidak pernah diperoleh publik.
"Justru persoalan sekarang adalah bagaimana kita memastikan bahwa
pencabutan subsidi BBM yang dialihkan untuk program pengembangan
masyarakat kelas bawah itu memang benar-benar tepat sasaran," katanya.
"Jangan sampai dana tersebut menjadi `bagi-bagi kue pembangunan` di
kalangan elite parpol," kata peneliti pada Kelompok Studi Sosiologi
Perdesaan FISIP UI itu.
Ia menegaskan lagi bahwa masyarakat
harus kritis melihat persoalan BBM ini, sehingga akan lebih arif jika
demonstrasi atau gerakan sosial lainnya lebih difokuskan pada masalah
ini (BBM, red.).
Karena itu, kata dia, dibutuhkan upaya semua kelompok kritis untuk bersama-sama memajukan perekonomian masyarakat kelas bawah.
"Artinya kita sama-sama berkontribusi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia," kata Nia Elvina.(yus/ant)