Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Achmad Suryana menyatakan, tiap tahun angka konsumsi beras terus naik, saat ini saja mencapai 139,15 kg per kapita per tahun. Salah satu cara menurunkan tingginya konsumsi ini dengan diversifikasi pangan salah satunya dari singkong atau umbi kayu.
Namun, konsumsi singkong saat ini terus menurun tajam, padahal zaman Presiden Soekarno hingga 1980-an konsumsi singkong per kapitanya mencapai 30 kg per tahun.
Menurut Suryana, tidak hanya singkong saja yang turun akibat adanya program raskin, pangan lainnya seperti jagung, sagu, ubi jalar, dan lainnya juga menurun dan konsumsinya juga terbatas saat ini.
"Tetapi bukan berarti program raskin jelek, program tersebut justru baik, agar masyarakat bisa mendapatkan pangan yang baik," ujarnya.
"Perlu diketahui konsumsi beras kita saat ini relatif sangat tinggi yakni mencapai 139,15 kg per kapita per tahun, bandingkan dengan Korea Selatan 40 kg per kapita per tahun, Jepang 50 kg per kapita per tahun, Malaysia 80 kg per kapita per tahun, Thailand 70 kg per kapita per tahun," tandas Achmad.
Sebelumnya, Mantan Menteri Pertanian Anton Apriyanto mengkritiki terus dilanjutkannya program raskin dari pemerintah. Pasalnya menurutnya jika diteruskan daerah yang awalnya konsumsi ubi, saju, jagung atau singkong 'dicekoki' pemerintah dengan besar.
"Jadi mau tidak mau mereka akan beralih ke beras, harusnya cukup, ganti dengan Pangan Miskin (Pangkin) kalau daerahnya makanan pokoknya jagung ya berikan jagung bukannya beras," tandas Anton beberapa waktu lalu. (rrd/dnl/dtk)