ResistNews. PT NKRI adalah sebuah perusahan yang berbentuk perseroan terbatas
(PT). Layaknya perusahan pada umumnya, ia hanya dimiliki dan dikelola
oleh segelintir orang (kapitalis). Kepemilikanya diatur dalam sistem
saham UUD 45. Sedangkan sistem pengelolaannya dibawah kendali
pemerintah Indonesia.
Dalam sejarah pengelolaannya, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1945 itu, telah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin perusahaan. Setiap pemimpin perusahaan memiliki kebijakan perusahaan sendiri-sendiri, tergantung siapa sang majikan pemegang saham mayoritas (kapitalis/asing).
Di awal berdirinya perusahaan ini, kita mengenal seorang pemimpin perusahaan yang bernama Soekarno. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang sedikit otoriter dan punya kepedulian untuk mensejahterakan karyawannya.
Dengan kepemimpinan gaya komunis, ia punya selogan “sama rasa sama rata”. Karena dirasa kebijakannya mengancam dan merugikan pemilik saham (para kapitalis), ia diturunkan secara paksa lewat intrik politik gaya CAI.
Soekarno turun Soeharto naik. Komunis turun kapitalis naik. Selama 32 tahun di bawah kepemimpinannya, PT NKRI lepas landas (take off) gaya Rostow. Miber (terbang) mengudara sampai ke surga kapitalis. Sangking enaknya miber, ia tak sadar bahwa dirinya kehabisan avtur, akhirnya jatuh diketiak sang majikan.
Keuntungan perusahaan yang mestinya untuk kesejahteraan karyawannya, dirampok semua oleh sang majikan yang telah menerbangkannya. Semua Sumber Daya Alam (SDA) perusahaan diliberalisasi dan diprivatisasi, begitu juga Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan dieksploitasi.
Di akhir kepemimpinannya, ia sadar bahwa dirinya diperalat. Ia sedikit demi sedikit mulai melawan tapi tak sampai memberontak. Seperti pendahulunya, ia juga depak sang majikan. Namun, kali ini karyawan perusahaan ikut andil dalam menurunkannya, peristiwa tersebut kita kenal dengan reformasi.
Pasca reformasi, harapan PT NKRI untuk keluar dari cengkraman sang majikan mulia muncul. Namun sampai saat ini, terhitung 14 tahun pasca reformasi, harapan itu tak kunjung datang. Beberapa pemimpin sudah pernah dicoba, tapi tak satu pun dari mereka berhasil.
Habibie gagal, Gus Dur gagal, Mega gagal. Lalu bagaimana dengan SBY? Tambah gagal atau tambah ancur? Tambah sengsara atau tambah binasa? Lanjutkan atau turunkan?
Yang jelas Indonesia itu bukanlah sebuah negara, melainkan sebuah perusahaan yang bernama PT NKRI. Sampai kapan pun yang namanya perusahaan akan selalu berorientasi pada profit, bekerja hanya untuk sang majikan.Hidup PT NKRI!
Dalam sejarah pengelolaannya, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1945 itu, telah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin perusahaan. Setiap pemimpin perusahaan memiliki kebijakan perusahaan sendiri-sendiri, tergantung siapa sang majikan pemegang saham mayoritas (kapitalis/asing).
Di awal berdirinya perusahaan ini, kita mengenal seorang pemimpin perusahaan yang bernama Soekarno. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang sedikit otoriter dan punya kepedulian untuk mensejahterakan karyawannya.
Dengan kepemimpinan gaya komunis, ia punya selogan “sama rasa sama rata”. Karena dirasa kebijakannya mengancam dan merugikan pemilik saham (para kapitalis), ia diturunkan secara paksa lewat intrik politik gaya CAI.
Soekarno turun Soeharto naik. Komunis turun kapitalis naik. Selama 32 tahun di bawah kepemimpinannya, PT NKRI lepas landas (take off) gaya Rostow. Miber (terbang) mengudara sampai ke surga kapitalis. Sangking enaknya miber, ia tak sadar bahwa dirinya kehabisan avtur, akhirnya jatuh diketiak sang majikan.
Keuntungan perusahaan yang mestinya untuk kesejahteraan karyawannya, dirampok semua oleh sang majikan yang telah menerbangkannya. Semua Sumber Daya Alam (SDA) perusahaan diliberalisasi dan diprivatisasi, begitu juga Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan dieksploitasi.
Di akhir kepemimpinannya, ia sadar bahwa dirinya diperalat. Ia sedikit demi sedikit mulai melawan tapi tak sampai memberontak. Seperti pendahulunya, ia juga depak sang majikan. Namun, kali ini karyawan perusahaan ikut andil dalam menurunkannya, peristiwa tersebut kita kenal dengan reformasi.
Pasca reformasi, harapan PT NKRI untuk keluar dari cengkraman sang majikan mulia muncul. Namun sampai saat ini, terhitung 14 tahun pasca reformasi, harapan itu tak kunjung datang. Beberapa pemimpin sudah pernah dicoba, tapi tak satu pun dari mereka berhasil.
Habibie gagal, Gus Dur gagal, Mega gagal. Lalu bagaimana dengan SBY? Tambah gagal atau tambah ancur? Tambah sengsara atau tambah binasa? Lanjutkan atau turunkan?
Yang jelas Indonesia itu bukanlah sebuah negara, melainkan sebuah perusahaan yang bernama PT NKRI. Sampai kapan pun yang namanya perusahaan akan selalu berorientasi pada profit, bekerja hanya untuk sang majikan.Hidup PT NKRI!