ResistNews - Ribuan warga Kurdi bentrok dengan polisi hari Minggu kemarin (18/3) di Istanbul dan kota selatan Diyarbakir, menyebabkan sembilan orang terluka ketika pasukan keamanan berusaha menghentikan perayaan Tahun Baru Kurdi.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air untuk mencegah lebih dari 40.000 warga Kurdi dari berkumpul di alun-alun utama di Diyarbakir, kata seorang koresponden AFP.
Kerusuhan menyebar ke daerah di dekatnya dan beberapa mobil dibakar, koresponden itu menyatakan.
Demonstran juga melemparkan bom molotov, kantor berita Anatolia melaporkan, menambahkan bahwa seorang polisi mengalami patah tangan akibat bentrokan itu.
Para pengunjuk rasa terus mendesak meskipun tindakan keras polisi dan berkumpul di pusat kota untuk menandai tahun baru Navroz dengan tarian tradisional.
Banyak di antara demonstran memakai baju berwarna hijau, merah dan kuning yang menandai Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang.
Anatolia mengatakan beberapa demonstran ditangkap, sementara sumber-sumber keamanan mengatakan dua orang ditangkap setelah senapan serbu ditemukan di mobil mereka.
Di Istanbul, rumah bagi masyarakat Kurdi yang cukup besar, Anatolia mengatakan sekelompok war Kgaurdi melemparkan batu ke arah polisi, yang telah membuat barikade, dan polisi merespon dengan menembakkan air bertekanan tinggi dan gas air mata ke arah demonstran.
Tujuh orang luka-luka termasuk dua petugas polisi, Anatolia mengutip gubernur kota Huseyin Avni Mutlu mengatakan, menambahkan bahwa polisi melakukan 106 penangkapan demonstran.
Pemerintah Turki sendiri menolak permintaan warga Kurdi untuk menandai Navroz pada hari Minggu kemarin, hari libur dalam seminggu di Turki.
"Para pengunjuk rasa Kurdi tidak ada hubungannya dengan perayaan Navroz. Apa yang mereka inginkan adalah bertarung dengan pasukan keamanan," kata Mutlu. "Kami tidak akan membiarkan mereka melakukan itu."
Perayaan Navroz secara tradisional digunakan oleh minoritas Kurdi Turki untuk mendorong hak-hak yang lebih besar mereka dan mengaku setia kepada PKK.
Perayaan Navroz paling berdarah di Turki terjadi pada tahun 1992, ketika sekitar 50 orang tewas oleh pasukan keamanan di sebelah tenggara Turki yang didominasi Kurdi.(fq/afp/eramuslim)