ResistNews—Polisi Norwegia hari Kamis (15/03/2012) meminta maaf karena tidak bertindak lebih cepat untuk menghentikan aksi brutal yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik pada Juli 2011 lalu.
Pembantaian 77 orang dalam satu hari di dua tempat berbeda tersebut merupakan kejahatan paling brutal di Norwegia sejak Perang Dunia II, sehingga sangat mengguncang 4,8 warganya.
“Atas nama polisi Norwegia saya ingin mengucapkan permintaan maaf, karena kami tidak berhasil menangkap penyerang itu lebih awal,” kata Direktur Kepolisian Oeystein Maeland dalam konferensi pers, lansir Reuters.
Anders Breivik, 33, telah mengakui bahwa dirinya adalah pelaku pemboman di pusat pemerintahan Norwegia di Oslo yang menewaskan delapan orang dan penembakan di Pulau Utoeya yang menewaskan 69 orang. Ia melakukan tindakan itu dengan alasan untuk menghukum para “pengkhianat” atas sikap ramah mereka terhadap para imigran asing.
Menurut polisi, kelambatan mereka dalam bertindak disebabkan oleh terhambatnya komunikasi dan perahu polisi yang dipenuhi oleh para petugas.
Polisi Khusus Oslo membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan mobil dan perahu untuk sampai di Pulau Utoeya, setelah tembakan pertama dilaporkan terjadi di sana.
Menurut kepala polisi distrik setempat di mana pembantaian itu terjadi, Sissel Hammer, polisi secara teori seharusnya bisa menghentikan serangan Breivik dalam waktu 16 menit pertama, jika mereka segera merespon laporan dengan sempurna.
Menurut koran setempat, Aftenposten, otoritas keamanan dalam negeri Norwegia, sebuah lembaga yang terpisah dengan polisi, dijadwalkan akan menyampaikan kritik terhadap lembaga mereka sendiri pada hari Jumat dan sepertinya akan mengakui kelemahan dalam pengumpulan dan menganalisa informasi.
Selain menerima laporan dari pihak polisi, komite parlemen dan komisi independen ditunjuk oleh pemerintah guna mengevaluasi repon polisi saat kasus itu terjadi.
Breivik akan mulai disidang pada 16 April mendatang. (hidayatullah)