ResistNews.Unjuk rasa menolak rencana
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) rencananya akan digelar
berbagai elemen masyarakat di Kota Solo selama lima hari
berturut-turut, mulai hari ini, Senin (26/3/2012). Pemerintah mengingkari
sendiri komitmennya yang tertuang dalam APBN 2012. Dalam APBN 2012,
pemerintah menyatakan tidak akan menaikkan harga BBM.Untuk
Selasa besok, 5.000 orang yang merupakan kader dan simpatisan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) akan berunjuk rasa di
alun-alun selatan Keraton Surakarta dan berpawai menuju Balaikota Solo.Hal
ini diungkapkan Ketua Dewan Pengurus Cabang PDI-P di sela unjuk rasa
yang digelar di depan gedung Kantor Bank Indonesia Solo, Senin ini.
Hadi Rudyatmo yang juga Wakil Wali Kota Solo bahkan sempat berorasi
menyatakan dukungannya terhadap pengunjuk rasa.
Menurut dia,
dirinya memang wakil wali kota yang merupakan bagian dari pemerintahan,
tetapi sebagaimana wali kota, dia dipilih langsung oleh rakyat. "Tugas
saya untuk menyuarakan aspirasi rakyat yang saya pimpin," kata Hadi
Rudyatmo yang akrab disapa Rudy.Rudy menegaskan, pemerintah
mengingkari sendiri komitmennya yang tertuang dalam APBN 2012.
Dikatakan Rudy, dalam undang-undang tentang APBN 2012, pemerintah
menyatakan tidak akan menaikkan harga BBM. "Sekarang tiba-tiba
akan menaikkan harga BBM. Padahal, pemerintah daerah sudah menetapkan
Upah Minimum Kota/Kabupaten dan Standar Kebutuhan Hidup Layak. Harga
BBM naik, pasti harga kebutuhan lain ikut naik. Ujung-ujungnya
menyengsarakan rakyat," kata Rudy. Hari ini unjuk rasa
diikuti lebih dari 100 orang dari berbagai elemen, yakni Serikat Buruh
Sejahtera Indonesia 1992, Front Pemuda Pancasila, Himpunan Mahasiswa
Indonesia, dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.
Salah
satu peserta unjuk rasa, Margani (45), mengatakan, gajinya sebagai
buruh lebih sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan
tiga anak. Gajinya yang hanya Rp 20.000 per hari ditambah gaji suami
Rp 843.000 per bulan harus dibagi-bagi untuk makan, biaya pendidikan,
dan lainnya.
"Kalau BBM naik, ongkos anak sekolah juga naik. Belum biaya makan. Entahlah bagaimana kehidupan kami besok," katanya. Selama
ini, ia pun tidak pernah beroleh bantuan langsung tunai sebagai
kompensasi kenaikan BBM. Pihaknya kini hanya bisa pasrah menghadapi
rencana kenaikan harga BBM. "Mau persiapan bagaimana, besok bisa
makan cukup saja tidak tahu bisa atau tidak. Kok mau menimbun beras
sebelum harganya naik, uang dari mana," kata Margani.