Telegram diplomatik juga diduga untuk menunjukkan bahwa Turki telah membantu al-Qaeda di Irak, Post melaporkan, mengutip harian yang berbasis di London al-Hayat.
PKK, yang didaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki dan Amerika Serikat, telah melancarkan perang terhadap negara Turki sejak 1980-an.
Amerika Serikat telah melakukan kontak dengan Turki atas dokumen baru yang akan dirilis di Internet oleh WikiLeaks, pejabat Turki mengatakan pada hari Jumat, menekankan komitmen Ankara untuk memerangi terorisme.
Menurut laporan media, rilis yang direncanakan oleh website whistleblower itu termasuk dokumen yang menunjukkan bahwa Turki membantu gerilyawan Al-Qaeda di Irak, dan bahwa Amerika Serikat membantu pemberontak Kurdi yang berbasis Irak melawan Turki.
Kedutaan besar AS di Ankara "memberi kami informasi mengenai hal tersebut, seperti negara-negara lain telah diinformasikan," seorang diplomat senior, yang menolak disebutkan namanya, kepada kantor berita AFP.
Dia tidak akan mengatakan pesan apa yang disampaikan AS.
Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu mengatakan Ankara tidak tahu apa jenis dokumen apa yang yang terkandung dalam file tersebut.
"Ini adalah spekulasi ... Tapi sebagai suatu prinsip, bertoleransi atau mengabaikan tindakan teroris yang berasal dari Turki dan mentargetkan negara tetangga, khususnya Irak, tidak perlu dipertanyakan," katanya pada televisi CNN Turki.
"Pihak berwenang Irak tidak menyampaikan keluhan kepada kami tentang masalah itu.... Sebaliknya, Turki telah mengambil langkah-langkah yang sangat serius dalam perjuangan melawan Al-Qaeda dan upayanya selalu dihargai.
"Kami selalu bekerjasama dengan Amerika Serikat dalam perjuangan melawan terorisme - baik itu Al-Qaeda atau PKK," katanya.
Davutoglu menambahkan bahwa jika dokumen-dokumen yang diduga "keluar, jika ini benar-benar terjadi, maka kita akan membuat evaluasi yang diperlukan."
Dia berbicara tak lama menjelang keberangkatannya ke Washington untuk melakukan pembicaraan yang telah dijadwalkan sebelumnya dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Diplomat Turki juga memuji dukungan AS terhadap melawan PKK, yang didaftar sebagai kelompok teroris oleh Ankara dan Washington dan banyak dari masyarakat internasional.
"Kami memiliki kerjasama yang efisien terhadap PKK dengan sekutu dan teman kami, Amerika Serikat. Kami sangat senang dengan itu dan kami berharap akan terus berlanjut,." Katanya.
Seorang pejabat kedutaan AS menolak mengomentari rilis WikiLeaks, mengatakan itu adalah "spekulasi murni".
Dia juga menegaskan kembali komitmen AS untuk membantu Turki memerangi PKK, yang kampanye bersenjata 26 tahunnya di Turki tenggara telah merenggut sekitar 45.000 jiwa.
Kebijakan AS "tidak pernah dan tidak akan pernah mendukung PKK. Segala sesuatu yang menyiratkan sebaliknya omong kosong," katanya. "Kami berkomitmen bersama-sama dengan pemerintah Turki dalam memerangi terorisme, baik dari Al-Qaeda atau PKK."
WikiLeaks belum mengatakan apa yang akan terkandung dalam rilis yang akan datang, hanya menunjukkan bahwa itu akan menjadi "tujuh kali" ukuran catatan Perang Irak yang sebanyak 400.000 dokumen-dokumen rahasia.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Rabu bahwa kedutaan AS di seluruh dunia telah "memulai proses menginformasikan pemerintah tentang perilis dokumen yang mungkin dalam waktu dekat."
"Ini pengungkapan yang akan menciptakan ketegangan pada hubungan antara diplomat kami dan teman-teman kami di seluruh dunia," kata juru bicara Philip Crowley.
Dalam dokumen yang dirilis olehWikilieaks pada bulan Oktober memang menyatakan Angkatan Darat Amerika Serikat melihat anggota teroris Partai Pekerja Kurdistan(PKK), yang digolongkan oleh AS sebagai kelompok teroris, sebagai "pejuang kemerdekaan".
Turki disebutkan pada 128 dari 391.000 dokumen rahasia yang dibocorkan oleh situs web whistleblower yang mengungkapkan jumlah korban tewas mengejutkan sipil di Irak. Dalam satu dokumen, teroris PKK ditinggikan sebagai "pejuang kemerdekaan". Dokumen itu membahas kelompok PKK yang ditangkap di Fallujah tahun 2004 sebagai "Pejuang kemerdekaan yang adalah warga negara Turki." (iw/afp/tw/tz) www.suaramedia.com