-->

Memo Rahasia Nuklir Iran Bocor Ke Tangan Media

TEHERAN (SuaraMedia News) – Lama ditolak aksesnya menuju ke teknologi asing akibat sanksi, Iran telah belajar bagaimana membuat setiap komponen senjata nuklir secara virtual, menurut penilaian pejabat bidang nuklir PBB dalam dokumen-dokumen internal, juga analis intelijen dan ahli persenjataan Barat dan Timur Tengah.

Tumbuhnya kegagahan teknologi Iran digaribawahi oleh sebuah memo rahasia, yang bocor ke koran Inggris pada akhir pekan lalu dan secara sengaja memperlihatkan para ilmuwan Iran menguji coba sebuah inisiator neutron, salah satu hambatan teknis paling akhir dalam membuat kepala nuklir, ujar para analis senjata pada hari Senin.

Mustahil untuk memastikan keaslian sumber dokumen tersebut, yang kini sedang diperiksa oleh para petinggi badan intelijen Barat dan pengawas nuklir PBB. Biarpun demikian, para mantan agen intelijen dan ahli pengendalian senjata mengatakan bahwa jika itu adalah dokumen asli pemerintah Iran, maka itu akan menjadi sebuah indikasi mengkhawatirkan yang sedang terjadi, sebuah upaya rahasia untuk memperoleh kemampuan senjata nuklir.

Akumulasi bukti-bukti momentum nuklir Iran muncul saat Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengungkapkan pada hari Senin bahwa Gedung Putih tidak banyak berhasil dalam setahun hubungan diplomatik dengan Iran terkait ambisi nuklir mereka. "Saya rasa setiap orang tidak dapat meragukan bahwa program kami untuk menjangkau Iran tidak banyak menghasilkan apa-apa dalam hal respon positif dari negara tersebut," ujar Clinton.

Dokumen-dokumen internal dan analisis para ahli menunjukkan peningkatan penguasaan Iran atas berbagai disiplin ilmu, termasuk metalurgi uranium, produksi air berat dan bahan peledak dengan ketepatan tinggi yang digunakan memicu detonasi nuklir. Meskipun agen mata-mata AS telah mengira bahwa para pemimpin Iran menghentikan penelitan tentang kepala nuklir di tahun 2003, para analis Eropa dan Timur Tengah menunjukkan bukti-bukti bahwa Iran masih terus mengasah kemampuannya, bukti terbaru berasal dari tahun 2007.

"Mereka pelan-pelan melepaskan diri dari ketergantungan pada impor teknologi-teknologi penting, agar dapat membangun komponen-komponen itu sendiri," ujar Rolf Mowatt-Larssen, mantan agen CIA dan mantan direktur intelijen Departemen Energi. "Mencapai sebuah kapasitas produksi dalam negeri akan segera terwujud dengan menguasai pengayaan uranium."

Ilmuwan-ilmuwan Iran harus mengandalkan pada pihak asing untuk komponen dan material tertentu, seperti logam berkekuatan tinggi yang digunakan untuk membuat rudal jarak jauh dan sentrifugal yang canggih. Namun, kesenjangan teknis yang tersisa semakin mengecil, menurut sebuah memo internal yang disusun oleh analis top Iran di IAEA (badan energi atom internasional), pengawas nuklir PBB. Kutipan dari draft yang tidak pernah dipublikasikan itu bocor ke sebuah kelompok nirlaba pada bulan Oktober.

"Iran memiliki cukup informasi untuk mampu mendesain dan memproduksi peralatan nuklir yang dapat meledak dengan sukses," bunyi pernyataan dalam memo itu.

Iran bersikeras bahwa mereka menentang senjata nuklir, dan menekankan bahwa teknologi yang telah menimbulkan kecurigaan di Barat digunakan untuk tujuan damai. Namun para pejabat Iran tidak menyembunyikan rasa bangga mereka dalam kemampuan untuk mengembangkan teknologi canggih terlepas dari adanya sanksi PBB. Ali Soltanieh, perwakilan Iran di IAEA, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post musim gugur tahun ini bahwa ketika para insinyur Iran telah menaklukkan ilmu nuklir, mereka akan melompat ratusan meter ke depan dalam waktu singkat.

"Kami harus berterima kasih pada Amerika karena telah memberikan sanksi-sanksi yang menyatukan negara kami," ujarnya.

Memo yang bocor itu dipublikasikan pertama kali oleh Times London, memperlihatkan rencana empat tahun Iran untuk mengembangkan dan menguji coba sebuah inisiator neutron dari jenis yang para ahli persenjataan ketahui tidak memiliki fungsi sipil. Dokumen itu tidak bertanggal maupun bertanda tangan, namun Times, yang mengutip perkataan seorang agen intelijen asing, menyebut memo itu ditulis pada tahun 2007, empat tahun setelah pejabat intelijen AS mengira Iran telah menghentikan penelitian kepala nuklirnya.

Dokumen dua halaman dalam bahasa Persia itu menyebutkan bahwa kemampuan Iran dalam bidang inisiator neutron telah sangat bagus dan menyerukan kepada tim ilmuwan untuk membangun penelitian rahasia sembari mempertahankan keamanan tingkat  tinggi.

Meski tidak menyebutkan tentang kepala nuklir, dokumen itu menggambarkan kinerja dalam bidang yang sangat terspesialisasi dekat dengan bom atom, ujar David Albright, mantan inspektor senjata PBB yang mereview memo itu dan dokumen lainnya.

"Mereka menghilangkan penghalang dalam proses pembuatan kepala nuklir yang dapat  diandalkan," ujr Albright, presiden Keamanan Internasional dan Sains yang berbasis di Washington. "Saya tidak memiliki bukti akan keputusan Iran untuk membangunnya. Di sisi lain, melakukan kinerja seperti yang digambarkan dalam dokumen itu sangat jauh dari kepercayaan umum bahwa Iran telah menghentikan pembangunan senjata nuklirnya di tahun 2003 dan belum memulainya kembali."

Memo yang bocor itu menyusul pengungkapan di bulan September bahwa Iran telah diam-diam membangun sebuah pabrik uranium kecil di kota Qom. (rin/wp) www.suaramedia.com