Kesimpulannya, IDF mengatakan bahwa 30 kasus diantaranya merupakan "tuduhan yang tidak berdasar", demikian dilansir oleh Jerusalem Post. Sementara enam kasus sisanya berhubungan dengan contoh-contoh nyata, dimana terjadi "kesalahan operasional".
IDF saat ini tengah menyelesaikan laporan untuk menanggapi tuduhan dari penyelidikan Goldstone, yang dilakukan atas nama Dewan HAM PBB. Laporan tersebut diperkirakan akan dirampungkan dan diserahkan kepada kepala staf jenderal, Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi, untuk kemudian diperiksa ulang dalam waktu beberapa minggu ke depan. Militer Israel masih belum memutuskan apa yang akan dilakukan terhadap laporan tersebut, atau apakah laporan tersebut akan dirilis kepada publik.
Akan tetapi, IDF telah meluncurkan sebuah kampanye diplomatik untuk mempresentasikan sebagian hasil dari proses penyelidikan tersebut.
Pada hari Rabu, advokat militer, Brigadir Jenderal Avihai Mandelblit bertemu dengan perwakilan dari 10 negara dan juga para pejabat PBB serta pejabat pemerintahan Obama di kota New York. Pertemuan tersebut diagendakan untuk mempresentasikan penemuan-penemuan Israel.
Pada bulan November lalu, Ashkenazi menunjuk mantan kepala intelijen IDF, Brigadir Jenderal (purnawirawan) Yuval Halamish sebagai "manajer proyek" untuk mengkoordinasikan laporan IDF dengan para pejabat pemerintahan lainnya.
Salah satu tugas awal Halamish adalah mengawasi 28 proses investigasi polisi militer dan memastikan bahwa proses investigasi tersebut berjalan dengan mulus. Para sumber IDF pada hari Kamis mengatakan bahwa proses investigasi hampir rampung dan hasil akhirnya kemungkinan akan dilampirkan dalam laporan tersebut.
Bagian tak terpisahkan lainnya dari laporan militer Israel tersebut adalah bab "upaya kemanusiaan" yang dilakukan IDF dalam operasi yang berlangsung selama tiga pekan tersebut. Bab tersebut baru saja diselesaikan oleh kepala administrasi dan koordinasi Gaza, Kolonel Moshe Levi, dan diserahkan kepada staf jenderal untuk menjalani pemeriksaan ulang.
36 kasus yang ditinjau ulang tersebut tertera dalam laporan Goldstone untuk mewakili tindakan-tindakan IDF dalam operasi militernya.
"Kami memilih 36 karena jumlah tersebut tampaknya mewakili kasus-kasus yang paling serius, paling banyak memakan korban jiwa dan korban luka," kata Goldstone dalam sebuah wawancara pada bulan Oktober lalu. "Dan ke-36 kasus tersebut sepertinya dapat mewakili situasi dimana hanya sedikit, atau tidak ada sama sekali, pembenaran militer atas apa yang telah terjadi."
Proses peninjauan ulang kasus-kasus tersebut diawasi oleh Kolonel Ro'i Elkabetz, kepala operasi komando selatan IDF.
Meski Goldstone tidak pernah mempublikasikan daftar spesifik tersebut, lembaga pengawas non pemerintahan menyusun daftar kejadian yang tercantum dalam laporan tersebut.
Diantaranya ada peristiwa serangan udara terhadap penjara utama Gaza, serangan terhadap pabrik tepung, sejumlah Masjid dan peternakan ayam, serta kasus-kasus tertentu dari sejumlah keluarga yang mengklaim telah dijadikan target IDF.
Namun laporan yang terjadi di Gaza seringkali "dirombak" oleh media Barat dan Israel, sehingga membuat Palestinian Return Center (PRC) yang berpusat di London meluncurkan sebuah situs baru untuk menyebarkan sejumlah penemuan besar dalam laporan Goldstone dan memberikan analisis yang berguna.
Menurut departemen media PRC, telah ada beberapa situs yang diluncurkan oleh kelompok lobi Israel yang mengadopsi narasi Israel resmi terkait laporan Goldstone ini. Situs-situs itu memberikan informasi yang menyesatkan mengenai blokade dan perang di Jalur Gaza.
PRC mengomentari situs baru yang mereka luncurkan sebagai sebuah dimensi baru dalam strateginya mengembalikan realita ke mata dunia. PRC mencoba menggarisbawahi korban-korban Palestina terutama para pengungsi yang merupakan korban mayoritas dalam perang di bulan Desember 2008.
Laporan Goldstone memperhatikan poin-poin kunci dari perang itu seperti serangan terhadap sekolah UNRWA, penghancuran cadangan makanan PBB, pentargetan warga sipil, penggunaan senjata ilegal, penggunaan kekuatan dan kekerasan yang bersenjata, dan kerusakan infrastruktur secara keseluruhan.
Mengembangkan fakta yang disebutkan dalam laporan, PRC menggelar minggu peringatan untuk korban Gaza antara tanggal 13 hingga 19 Januari 2010 di mana sejumlah lokakarya, galeri, dan ceramah akan digelar dalam acara itu.
"PRC meyakini bahwa media utama telah gagal menyajikan kebenaran dari konflik tersebut. Israel menyalahgunakan dan memanipulasi fakta dengan menyebut para korban sebagai teroris," ujar PRC. (dn/jp/sm) www.suaramedia.com