-->

Menyapa Kebobrokan Umat Islam Di Era Modern


Bangunlah saudaraku dari kepulasan tidurmu. Ketika benteng terakhir kejayaan ‎Islam runtuh di Turki, manhaj kemurnian sudah mulai terkoyak dan tercabik-cabik, bahkan ‎sebelum kekhilafahan Turki Utsmani runtuhpun, memang sudah mulai memudar. Kaum muslimin ‎sudah berjalan diluar kemurnian Islam dan mereka lebih mencintai dunia yang menyelimuti hati-‎hati mereka. Karena kecintaan tersebut jiwa mereka melemah sehingga diri mereka sangat rendah ‎dihadapan musuh-musuh Islam saat itu.‎

Setahap demi setahap bangunan kemurnian aqidah mulai terurai. Bangunan keyakinan yang ‎dulunya kokoh sekarang runtuh berguguran. Sehingga umat mencari naungan kepada kesyirikan, ‎kesesatan, kebid’ahan, filsafat, Syi’ah, Khawarij (mudah mengkafirkan), Murjiah ‎‎(mengedepankan raja’), Jabbariyah (menolak takdir), atau sebaliknya Qodariyah (menerima ‎takdir secara bongkoaan) dan keterpurukan-keterpurukan lainnya. ‎

Fakta Berbicara
Umat hancur, meregang dalam keterpurukan total. Fenomena kesyirikan, kesesatan dan ‎keterpurukan, sangat sangat menyesakkan dada, dada-dada para pengemban amanah kemurnian ‎menjadi sempit. Kebejatan moral, akhlak dan perilaku manusia sampai pada titik nadhir ‎keterpurukan total. ‎

Hingga saat ini, kemurnian belum juga menampakkan kejayaannya. Hanya setitik… hanya ‎setitik cahaya kemurnian timbul dan tenggelam digilas arus zaman keterpurukan. Kadang ‎menyala, kadang redup … bahkan hamper-hampir padam diselimuti gelapnya awan kesyirikan, ‎kebid’ahan dan kesesatan.‎

Kita lihat hari-hari ini, seringkali sosok yang ditokohkan merendahkan sebagian syariat Islam, ‎seperti: jenggot, konde lebih bagus dari pada cadar, suara kidung lebih elok dari pada suara ‎adzan. Melihat wanita bercadar dibilang teroris, berbeda ketika melihat wanita yang mengumbar ‎aurat, “mereka” diam seribu bahasa. ‎

Al Qur’an disebut kitab paling porno, teknologi zaman ini disebut lebih hebat dari mukjizat nabi, ‎haji sebaiknya dihentikan karena pemborosan, dan statemen statemen lainnya, yang dilandasi ‎dengan pemahaman-pemahaman yang kurang dibenarkan syariat Islam.‎

Generasi Yang Bobrok
Belum lagi jika kita berbicara masalah generasi muda Islam. Mereka sungguh jauh dan berbeda ‎dengan apa yang Allah Ta’ala dan Rasul inginkan. Dulu di masa pemerintahan Umar bin Khatab ‎ada pemuda yang menangis karena bidikan anak panahnya meleset, kemudian datanglah ‎seseorang seraya berkata, mengapa menangis, bukankah engkau bisa mengulanginya kembali? ‎Jawab pemuda sambil tersedu-sedu “musuh tidak akan memberi kesempatan kedua kali”. Itu ‎adalah gambaran pemuda dahulu, tapi sekarang, banyak pemuda yang menangis, tapi ‎tangisannya karena diputusin sama pasangannya.‎

Begitu juga dalam masalah shalat. Hari ini umat Islam khususya, terlalu meremehkan urusan shalat ‎berjama’ah. Buktinya, masih banyak dari “kita” tidak bergegas mendatangi suara adzan ketika ‎adzan berkumandang. Bahkan, ada sebagian kaum muslimin yang shalatnya setahun dua kali, itu ‎pun hukumnya sunnah.‎

Saudaraku, janganlah kita jadikan shalat ini sebagai beban dikeseharian kita. Bukankah amalan ‎shalat yang akan dipertanyakan pertama kali kelak di akhirat. Jangan lupakan sejarah sahabat ‎Ummi Maktum (sahabat yang buta) ketika meminta keringanan kepada Rasulullah Saw, karena ‎rumahnya yang jauh, di lain riwayat, tidak ada lagi yang menuntunnya ke masjid. Lantas, apa ‎jawaban Rasulullah Saw, “Apakah engkau mendengar adzan?” “Ya”, jawab (Ummi Maktum). ‎Maka Rasulullah memutuskan, “Saya tidak menemukan keringanan bagimu.”‎

Saudaraku, berbagai macam udzur yang disampaikan Ummi Maktum kepada Rasulullah Saw, ‎namun Rasulullah Saw tetap memerintahkan dia untuk memenuhi panggilan adzan untuk ‎melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Lantas, apakah kita tidak malu kelak di hadapan Allah ‎Ta’ala dan Rasul-Nya! Karena tidak ada udzur sama sekali yang menghalangi kita, dan kita masih ‎diberi kenikmatan penglihatan dan sebagainya!‎

Saudaraku, sudah cukupkah bekal kita menuju pengadilan Allah Ta’ala? yang tidak ada ‎kecurangan di dalamnya. Mulut, tangan, telingga, mata dan lain sebagainya akan berbicara ‎menjadi saksi. Atau kita merasa seluruh amalan kita sudah yakin di terima oleh Allah Ta’ala? atau ‎kita merasa timbangan amal kebaikan kita sudah lebih berat ketimbang amal keburukan kita!‎

Semoga Allah Ta’ala tetap memberikan hidayahnya kepada kita semua, sehingga ‎ kita tetap ‎berada dijalan-Nya dan mendapatkan ridho-Nya, amin. Wallahu ‘alam

Penulis: Ibnu Jihad‎ 
[an-najah.net/ +ResistNews Blog]