Setahap demi setahap bangunan kemurnian aqidah mulai terurai. Bangunan keyakinan yang dulunya kokoh sekarang runtuh berguguran. Sehingga umat mencari naungan kepada kesyirikan, kesesatan, kebid’ahan, filsafat, Syi’ah, Khawarij (mudah mengkafirkan), Murjiah (mengedepankan raja’), Jabbariyah (menolak takdir), atau sebaliknya Qodariyah (menerima takdir secara bongkoaan) dan keterpurukan-keterpurukan lainnya.
Fakta Berbicara
Umat hancur, meregang dalam keterpurukan total. Fenomena kesyirikan, kesesatan dan keterpurukan, sangat sangat menyesakkan dada, dada-dada para pengemban amanah kemurnian menjadi sempit. Kebejatan moral, akhlak dan perilaku manusia sampai pada titik nadhir keterpurukan total.
Hingga saat ini, kemurnian belum juga menampakkan kejayaannya. Hanya setitik… hanya setitik cahaya kemurnian timbul dan tenggelam digilas arus zaman keterpurukan. Kadang menyala, kadang redup … bahkan hamper-hampir padam diselimuti gelapnya awan kesyirikan, kebid’ahan dan kesesatan.
Kita lihat hari-hari ini, seringkali sosok yang ditokohkan merendahkan sebagian syariat Islam, seperti: jenggot, konde lebih bagus dari pada cadar, suara kidung lebih elok dari pada suara adzan. Melihat wanita bercadar dibilang teroris, berbeda ketika melihat wanita yang mengumbar aurat, “mereka” diam seribu bahasa.
Al Qur’an disebut kitab paling porno, teknologi zaman ini disebut lebih hebat dari mukjizat nabi, haji sebaiknya dihentikan karena pemborosan, dan statemen statemen lainnya, yang dilandasi dengan pemahaman-pemahaman yang kurang dibenarkan syariat Islam.
Hingga saat ini, kemurnian belum juga menampakkan kejayaannya. Hanya setitik… hanya setitik cahaya kemurnian timbul dan tenggelam digilas arus zaman keterpurukan. Kadang menyala, kadang redup … bahkan hamper-hampir padam diselimuti gelapnya awan kesyirikan, kebid’ahan dan kesesatan.
Kita lihat hari-hari ini, seringkali sosok yang ditokohkan merendahkan sebagian syariat Islam, seperti: jenggot, konde lebih bagus dari pada cadar, suara kidung lebih elok dari pada suara adzan. Melihat wanita bercadar dibilang teroris, berbeda ketika melihat wanita yang mengumbar aurat, “mereka” diam seribu bahasa.
Al Qur’an disebut kitab paling porno, teknologi zaman ini disebut lebih hebat dari mukjizat nabi, haji sebaiknya dihentikan karena pemborosan, dan statemen statemen lainnya, yang dilandasi dengan pemahaman-pemahaman yang kurang dibenarkan syariat Islam.
Generasi Yang Bobrok
Belum lagi jika kita berbicara masalah generasi muda Islam. Mereka sungguh jauh dan berbeda dengan apa yang Allah Ta’ala dan Rasul inginkan. Dulu di masa pemerintahan Umar bin Khatab ada pemuda yang menangis karena bidikan anak panahnya meleset, kemudian datanglah seseorang seraya berkata, mengapa menangis, bukankah engkau bisa mengulanginya kembali? Jawab pemuda sambil tersedu-sedu “musuh tidak akan memberi kesempatan kedua kali”. Itu adalah gambaran pemuda dahulu, tapi sekarang, banyak pemuda yang menangis, tapi tangisannya karena diputusin sama pasangannya.
Begitu juga dalam masalah shalat. Hari ini umat Islam khususya, terlalu meremehkan urusan shalat berjama’ah. Buktinya, masih banyak dari “kita” tidak bergegas mendatangi suara adzan ketika adzan berkumandang. Bahkan, ada sebagian kaum muslimin yang shalatnya setahun dua kali, itu pun hukumnya sunnah.
Saudaraku, janganlah kita jadikan shalat ini sebagai beban dikeseharian kita. Bukankah amalan shalat yang akan dipertanyakan pertama kali kelak di akhirat. Jangan lupakan sejarah sahabat Ummi Maktum (sahabat yang buta) ketika meminta keringanan kepada Rasulullah Saw, karena rumahnya yang jauh, di lain riwayat, tidak ada lagi yang menuntunnya ke masjid. Lantas, apa jawaban Rasulullah Saw, “Apakah engkau mendengar adzan?” “Ya”, jawab (Ummi Maktum). Maka Rasulullah memutuskan, “Saya tidak menemukan keringanan bagimu.”
Saudaraku, berbagai macam udzur yang disampaikan Ummi Maktum kepada Rasulullah Saw, namun Rasulullah Saw tetap memerintahkan dia untuk memenuhi panggilan adzan untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Lantas, apakah kita tidak malu kelak di hadapan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya! Karena tidak ada udzur sama sekali yang menghalangi kita, dan kita masih diberi kenikmatan penglihatan dan sebagainya!
Saudaraku, sudah cukupkah bekal kita menuju pengadilan Allah Ta’ala? yang tidak ada kecurangan di dalamnya. Mulut, tangan, telingga, mata dan lain sebagainya akan berbicara menjadi saksi. Atau kita merasa seluruh amalan kita sudah yakin di terima oleh Allah Ta’ala? atau kita merasa timbangan amal kebaikan kita sudah lebih berat ketimbang amal keburukan kita!
Semoga Allah Ta’ala tetap memberikan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita tetap berada dijalan-Nya dan mendapatkan ridho-Nya, amin. Wallahu ‘alam
Penulis: Ibnu Jihad
[an-najah.net/ +ResistNews Blog]