-->

Terbongkar, Media Barat Sengaja Benamkan Kasus Pembunuhan Muslim di AS



+ResistNews Blog - Media Barat berusaha menutup-tutupi kasus penembakan terhadap tiga muslim di Amerika. Media Barat berdalih penembakan tersebut hanya kasus sengketa parkir, padahal bukan. Ayah korban dari pembunuhan yang berlangsung di North Carolina angkat bicara, bahwa apa yang menimpa putrinya merupakan aksi kebencian terhadap kaum muslim.

Menurut Dr Mohammad Abu-Salha, ayah bersaudara; Yusor Mohammad Abu Salha dan Razan Mohammad Abu Salha — dua dari tiga korban pembantaian Chapel Hill, North Carolina — menyebutkan, pembunuhan ini tidak disebabkan sengketa parkir, tapi kebencian terhadap Islam.

“Pembunuhan ini adalah pelampiasan kebencian. Hanya itu,” ujar Mohammad Abu Salha, seperti dikutip bbc.co.uk.

Sebelumnya, Kepolisian Chapel Hill — setelah gagal menutupi kasus ini — mengatakan pembunuhan terkait sengketa di lahan parkir. Craig Stephen Hicks, pembunuh berusia 46 tahun, menembak ketiganya setelah bersengketa dengan Deah Shaddy Barakat — korban dan suami Yusor Mohammad Abu Salha — di tempat parkir.

Polisi berusaha menutupi motif sesungguhnya pembunuhan ini dengan mengatakan Hicks seorang ateis progresif. Sebagai pembenar, polisi memperlihatkan akun Facebook Hicks yang berisi pendangan ateis.

Meski begitu, Jaksa Distrik North Carolina membantah pembunuhan ini tidak terkait agama, dan kebencian terhadap Muslim.

Berbeda dengan Abu Salha, aktivis online menuduh media utama dan polisi gagal menutupi insiden penembakan ini. Hastag #ChapelHillShooting menjadi trend di AS, Inggris, Mesir, Arab Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya, serta re-tweeted 900 ribu kali. Hashtag lainnya; Chapel Hill Massacre re-tweeted 33 ribu kali.
Pemberitaan kaum muslim hanya layak diberitakan saat mereka berada di belakang senjata, bukan di depan senjata. Ia menuding, media lokal dan internasional sengaja menutup-nutupi kasus ini.

Abed Ayoub, direktur hukum dan kebijakan Komite Anti-diskriminasi Arab-Amerika yang memulai semua ini. “Ini kekerasan tidak berperikemanusiaan,” tulisnya di akun Tweeter.

“Mari berdoa bagi korban dan tunjukan simpati kepada keluarga yang ditinggalkan #ChapelHill,” lanjutnya.

Hasghtag ini meluas. Ayoub melanjutkan dengan mengatakan mengapa tidak ada yang menyebut penembakan di Chapel Hill sebagai terorisme. Apakah karena korban adalah Muslim?



Hashtag #MuslimLivesMatter re-tweeted 100.000 dalam sehari setelah penembakan. Salah satu pengguna hashtag itu Vicki Walden, wanita dari Missouri, menggambarkan dirinya sebagai “#WhitePrivilege berdiri dalam solidaritas untuk gerakan #BlackLivesMatter”.

Mengapa tidak ada yang menyebut penembakan di Chapel Hill sebagai terorisme. Apakah karena korban adalah Muslim?

Walden menegaskan, pemberitaan kaum muslim hanya layak diberitakan saat mereka berada di belakang senjata, bukan di depan senjata. Ia menuding, media lokal dan internasional sengaja menutup-nutupi kasus ini. (kabarsatu/lasdipo/ +ResistNews Blog )