-->

Israel Cemas, Ternyata Pejuang Palestina Sudah Memiliki 400 Roket Jarak 80 KM


+ResistNews Blog - Harian ‘Israel’ Yediot Aharonot mengutip perkiraan Unit Intelijen Militer ‘Zionis-Israel’ bahwa jumlah roket mujahidin di Gaza telah mampu menembus Tel Aviv 20 kali lipat lebih banyak sejak operasi militer Pillar of Claud (Pilar Awan), demikian dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC), Kamis, (12/06/2014).

Hamas dan Jihad Islami di Jalur Gaza dinilai Israel telah memiliki tidak kurang 400 roket yang mampu menembus jarak 75-80 kilometer.

Aharonot mengisyaratkan, meski pihak pemerintah Mesir menutup terowongan bawah tanah untuk penyelundupan senjata ke Jalur Gaza di wilayah Rafah, namun Hamas dan Jihad Islami mampu mengembangkan roket jarak jauh sendiri di Jalur Gaza dengan produksi lokal.

Di sisi lain, serangan roket Hamas ke Tel Aviv adalah capaian luar biasa mengagetkan dan hanya bisa didahului oleh Shaddam Husain dalam perang Teluk pertama 1990.

Harian menambahkan, karena itu selama beberapa bulan terakhir, Hamas melakukan produksi masif roket dengan bengkel pipa besi dan melakukan uji coba ke lepas laut.

Dalam studi yang dipaparkan oleh Ketua Divisi Penelitian di Unit Intelijen ‘Israel’ Eitai Baron dalam seminar Hertelezelia bahwa jumlah roket di Gaza mencapai puluhan ribu jarak 20 KM, puluhan ribu jarak 40 KM dan ratusan roket jarak 80 KM.

Ia juga sempat menyebut kekuatan roket Hizbullah, Syiah yang jumlah sekitar puluhan ribu dengan jarak tempuh 250 KM.

Sementara itu, Menteri Pertahanan ‘Israel’ Moshe Ya’alon menilai, keberadaan 10 ribu lebih roket di Gaza merupakan ancaman-ancaman bahaya bagi ‘Israel’, selain kepemilikan nuklir Iran dan juga kelompok Jihadis di Suriah.

Dalam sambutannya di konferensi Hertezelia, Ya’alon menegaskan, persatuan Palestina (rekonsiliasi) akan membantu Hamas menguasai Tepi Barat. Karena itu, ‘Israel’ selalu menolak menarik diri dari Tepi Barat sebab penarikan ‘Israel’ itu akan menambah makin banyaknya serangan roket ke ‘Israel’ seperti yang terjadi di Jalur Gaza pasca penarikan ‘Israel’ dari wilayah itu pada September 2005.

Ya’alon menolak jika ‘Israel’ memberikan peta perbatasannya.

“Palestina akan senang sebab Palestina akan mengambilnya dan tidak akan memberikannya. Tidak ada perdamaian dengan Palestina sebab Palestina selalu menolaknya. Sejarah membuktikan bahwa akar masalah bukan ‘Israel’ menolak kembali ke perbatasan jajahan tahun 1967 namun karena Palestina menolak hak ‘Israel’ untuk eksis,” ujarnya.

Menhan ‘Israel’ ini menilai, bahaya yang mengancam ‘Israel’ adalah adanya kelompok (jamaah) Jihad di Suriah. Para Jihadis dari Eropa sudah pergi ke Suriah dan menjadi bentuk ancaman keamanan dalam negeri. ‘Israel’ harus melakukan kerjasama dengan sejumlah pihak untuk menghentikan masalah ini.

Ya’alon meyakini rekonsiliasi Hamas dan Fatah dinilai tidak akan berhasil dan hanya pembohongan publik. Jika ada hasilnya pun, Hamas akan menguasai Tepi Barat dan bukannya Abbas menguasai Gaza.

Baron juga sempat menyebutkan, ‘Zionis-Israel’ tidak mungkin mampu bertempur dengan Hamas dalam jarak lama dan menanggung banyak luka.[hidayatullah/mh/ +ResistNews Blog ]