+ResistNews Blog - Pasukan keamanan di Mesir bunuh imam masjid di kota Mediterania, Alexandria, setelah merampok rumahnya dan memukulinya bertubi-tubi.
Sheikh Akram, imam Masjid Ali Ibn Abi Thalib, wafat pada Kamis di daerah Ajamy di utara kota Alexandria.
Para pejabat Mesir menuduhnya mempromosikan sentimen anti – pemerintah dalam khotbah-khotbahnya.
Keluarga Sheikh Akram mengatakan pasukan keamanan melemparkannya dari balkon rumahnya.Namun pasukan keamanan berdusta dengan mengatakan dia jatuh ketika mencoba menghindari penangkapan.
Sementara itu, sumber keamanan di bagian utara kota membunuh seorang pengunjuk rasa dalam demonstrasi menentang pemerintah yang ditunjuk militer.
Mesir telah mengalami kekerasan tak henti-hentinya sejak Juli lalu ketika tentara menggulingkan presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi, membekukan konstitusi, dan membubarkan parlemen. Militer juga menunjuk Ketua Mahkamah Konstitusi Agung, Adly Mahmoud Mansour, sebagai presiden interim yang baru.
Pemerintah sementara telah melancarkan tindakan keras yang berdarah terhadap para pendukung Morsi dan menangkap ribuan anggota Ikhwanul Muslimin, termasuk para pemimpin senior partai itu.
Universitas Mesir juga telah menjadi tempat bentrokan tindak kekerasan, ketika mahasiswa menyerukan dikembalikannya Mursi dan diakhirinya tindakan keras terhadap para pendukung Ikhwan.
Pada tanggal 25 Desember, pemerintah militer memasukan gerakan Islam itu sebagai organisasi “teroris” atas dugaan keterlibatannya dalam serangan bom yang mematikan, tanpa menyelidiki atau memberikan bukti apapun.
Awal bulan ini, Amnesty International mengkritik pemerintah Mesir karena menggunakan kekerasan dengan “skala yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap para pengunjuk rasa dan melakukan “serangkaian serangan yang merusak hak asasi manusia.”
Menurut kelompok HAM yang berbasis di Inggris itu, 1.400 orang telah tewas dalam kekerasan politik sejak penggulingan Mursi,” dimana sebagian besar dari mereka adalah tewas karena penggunaan kekuatan yang berlebihan yang digunakan oleh pasukan keamanan.” (www.presstv.ir/ +ResistNews Blog )