+ResistNews Blog - Cuaca dingin menghantam hampir setengah wilayah Amerika Serikat dengan kebekuan dan menelan kerugian negara sekitar 60,9 triliun. Ini lantaran jutaan warga Amerika lebih memilih tetap berada di dalam rumah daripada pergi bekerja, bepergian atau belanja.
Catatan suhu di beberapa bagian di Amerika bahkan lebih rendah dari Kutub Selatan. Ini membuat sekitar 200 juta orang enggan keluar dari rumah mereka di bagian timur Negeri Paman Sam itu. Menurut wakil presiden senior di perusahaan bisnis intelijen cuaca Planalytics, Evan Gold, jumlah itu mencakup sekitar dua per tiga populasi Amerika, seperti dilansir stasiun televisi Russia Today, Kamis (9/1).
"Kami berpikir masalah akan segera selesai, kami memperkirakan cuaca buruk ini akan menelan kerugian sekitar Rp 60,9 triliun karena besarnya penduduk yang terkena dampak," kata Gold.
Di Kota New York suhu jatuh ke titik terendah bahkan belum pernah terjadi lebih dari satu abad lalu. Di Kota Embarrass, Negara Bagian Minnesota, suhu jatuh ke angka minus 35 Fahrenheit (-37 Celsius) dan menyentuh titik terendah di minus 45 Fahrenheit (-43 Celsius) ketika angin dingin menjadi faktor penyebabnya.
Permintaan untuk gas alam di timur laut Amerika telah mencapai angka tertinggi dalam lima tahun terakhir, dengan harga gas alam di Kota New York naik sekitar Rp 731.580 per juta BTUs (unit termal Inggris) pada awal pekan.
Menurut kepala ekonom untuk IHS Global, Nariman Behravesh, pada skala ekonomi makro, 'pusaran kutub' ini bisa mengikis sekitar 0,1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika di kuartal pertama. Namun, dia menjelaskan semua ini mungkin bisa naik lagi di kuartal kedua.
Perusahaan seperti restoran dan maskapai penerbangan akan menjadi sektor yang paling terkena dampaknya, dengan sekitar 2.380 penerbangan sudah dibatalkan dan 2.912 penerbangan lainnya tertunda, seperti dikutip koran the Telegraph.
Analis dari Goldman Sachs, Kris Dawsey, mengatakan laporan kerja juga dapat terpengaruhi akibat cuaca dingin, di mana penjualan mobil pada Desember menjadi korban lain dari kebekuan.
Namun, bisnis tertentu, seperti perusahaan Internet akan menang, di mana warga Amerika yang terjebak di rumah akan beralih ke aktivitas Internet.
"Ada sekitar Rp 365,7 miliar kartu hadiah terjual saat Natal, dan, jika saya terjebak di rumah, saya akan pergi ke dunia maya untuk membeli mantel atau baji hangat. Dan pendapatan tidak tercatat untuk toko sampai kartu ditebus," ujar Gold.
Dia menyimpulkan bahwa perusahaan pengiriman makanan dan layanan jaringan kabel untuk film akan menjadi perusahan pemenang lainnya. [merdeka.com/ +ResistNews Blog ]