Tidak ada jurnalis yang netral. Itu ungkapan dari Bill Kovack, dalam bukunya “Element of Journalisme”. Apalagi saat ini, di saat perang tidak hanya terjadi di dunia nyata, melainkan juga melanda dunia maya. Perang adalah propaganda. Perang adalah tipu daya. Semua media saat ini tengah menghadapi perang media global, antara al haq melawan al batil.
Syekh Ayman menyatakan dalam satu kesempatan bahwa media jihad hari ini menempati posisi sangat penting dalam peperangan melawan media salib dan yahudi. Faktanya dan sangat disayangkan, kaum Muslimin saat ini masih tergantung pada kantor-kantor berita asing (baca : kafir), seperti : Reuters, AFP, CNN, BBC, NBC, MSN, ABC, dan sejenisnya.
Saat ini, media propaganda kafir mengontrol informasi dunia dan memproduksi rata-rata 6 juta kata per hari, sementara Islam hanya mampu memproduksi 500 ribu kata per hari.
Gabriel Weimann, dalam bukunya yang berjudul “Terror on the Internet, The New Arena, The New Challenges” meyakini pentingnya media jihad dengan pelbagai sarananya dalam upaya memenangkan perang yang sangat menentukan saat ini. Profesor komunikasi di Universitas Haifa, Israel ini, yang juga seorang analis terorisme dan media massa ini menyatakan bahwa “Saat ini “teroris” tidak hanya berperang di dunia nyata, tetapi juga berperang di dunia maya sebagaimana mereka melakukannya di darat.”
Penyesatan Opini Global
Walter Dickman mengatakan bahwa dalam perang seringkali media bukan menampilkan apa yang terjadi, tapi apa yang dikehendaki publik untuk terjadi. Dalam konteks Islam, Surat Al-Hujuraat ayat 6 memberikan kode etik tabayyunatau cek dan ricek untuk setiap informasi yang datang kepada kita, terutama apabila informasi itu datang dari orang-orang fasik, apalagi kafir (juga medianya).
Hal ini karena dalam percaturan opini publik, masalah pokoknya adalah bahwa masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta. Jadi, ada kesenjangan antara fakta sebenarnya dan “apa yang dianggap sebagai fakta” yang oleh Walter Lipmann dalam bukunya Opini Umum disebut sebagai “kenyataan fatamorgana” atau “lingkungan palsu”.
Fakta semu atau kenyataan fatamorgana hasil manipulasi media itulah yang kemudian dianggap fakta oleh publik. Kenyataannya, publik tidak mungkin atau sangat sulit untuk melihat langsung seluruh fakta yang disajikan oleh media massa, padahal fakta semu adalah hasil rekayasa media massa yang telah mengalami proses reporting, editing,bahkan manipulasi, baru kemudian dipublikasi. Pada setiap tingkatan proses tersebut, setiap berita atau fakta telah diseleksi oleh personil pers.
Dalam “Penyesatan Opini”, Adian Husaini menyebutkan bahwa dalam proses reporting, seorang reporter telah melakukan seleksi terhadap fakta yang diperolehnya. Reporter TV, misalnya, harus memilih dan memotong acara yang berlangsung selama berjam-jam untuk kemudian disajikan dalam bentuk berita TV yang durasinya hanya sekitar 15 atau 30 detik.
Reporter media cetak juga menyeleksi dan memotong ucapan-ucapan atau fakta-fakta yang diterimanya untuk disajikan menjadi berita yang panjangnya hanya beberapa kolom saja. Ucapan presiden atau menteri selama satu jam yang jumlahnya sekitar 60.000 kata, harus ditulis oleh seorang reporter dengan panjang tulisan sekitar 4.000 – 7.000 kata saja. Hal ini tentu menimbulkan distorsi yang luar biasa. Jadi tidak salah jika Alvin Tofler dalam bukunyaPowershift mengatakan wajarlah jika di seluruh dunia terjadi pertempuran untuk merebut kontrol terhadap pengetahuan dan alat-alat komunikasi.
Tinggalkan Media Kuffar, Beralihlah Ke Media Islam
Perang adalah propaganda. Sesuatu yang umum bagi musuh untuk menyebarkan propaganda dan dengan pelbagai macam cara akan membenarkan agresi yang mereka lakukan. Ironisnya, kaum Muslimin masih banyak yang mengandalkan media kuffar dan tertipu oleh propaganda musuh melawan Mujahidin dan aktifis Islam.
Media kuffar dengan segenap kekuatan dan kecanggihan mereka secara terus menerus, selama 24 jam melakukan propaganda untuk membuat kaum Muslimin yakin bahwa orang-orang yang menyerukan penerapan Negara Islam, melaksanakan Syari’ah dan Jihad melawan ‘salibis’ adalah perbuatan yang sadis, haus darah, tidak berperikemanusiaan, dan tidak memperhatikan kehidupan dan kemakmuran ummat manusia.
Mereka juga mengklaim bahwa Mujahidin di Iraq, Afghanistan dan di lain tempat secara sengaja menargetkan wanita dan anak-anak, dan mendatangkan malapetaka di muka bumi, menghancurkan sekolah, rumah sakit, jembatan, gedung-gedung dan jalanan.
Semua ini akibat perang media yang dilancarkan oleh media perang. Informasi dunia saat ini digenggam oleh kantor-kantor berita utama, semisal Associated Press (AP), United Press International (UPI), Reuters, Agency France Press(AFP), dan TASS.
Seberapa besar kekuatan media kuffar ini bisa kita ambil contoh Reuters. Kantor berita Reuters memiliki lebih 1.100 wartawan, fotografer, dan juru kamera yang tersebar di 79 negara. Informasi yang disebarkan Reuters disampaikan melalui 145.000 terminal dan teleprinter yang langsung dihubungkan dengan komputer kliennya. Layanan diberikan dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Arab, Jepang, Denmark, Norwegia, Belanda, Swedia, Portugis, dan Italia.
Lebih dari lima juta kata yang berhubungan dengan teks berita diproses setiap hari melalui komputer pengatur pesan di kantor editorial London, padahal Reuters masih memiliki pusat editing lain di Hongkong dan New York, yang juga bekerja 24 jam sehari.
Visnews yang merupakan kantor berita televise terbesar di dunia adalah anak perusahaan Reuters. Lalu, bagaimana kaum Muslimin bisa memenangkan perang media melawan ‘raksasa’ media ini ?
Solusinya adalah tinggalkan media kuffar dan beralihlah ke media-media Islam. Alhamdulillah, saat ini media-media Islam terus bermunculan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya menyambut dan mempersiapkan masa depan Islam.
Ini adalah sebuah langkah awal yang baik. Langkah berikutnya adalah perbanyak media-media Islam, media jihad, yang memberitakan secara benar apa dan bagaimana kondisi jihad global. Semoga kaum Muslimin segera memiliki kantor berita Islam yang kuat, mandiri, dan profesional untuk mempersiapkan dan manyambut masa depan Islam yang gemilang, Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab
[al-mustaqbal.net/ +ResistNews Blog