Eshki, dalam sebuah wawancara dengan Al-Ahram, menyatakan ketakutannya pada entitas Islam dan yang secara politis berbasis dalam pikiran banyak orang berusaha untuk memperpanjang kontrol atas negara dan membuka jalan bagi lahirnya kelaliman lain di Mesir.
"Jika tidak ada roadmap, Ikhwanul Muslimin akan memiliki benteng tripartit atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif," katanya.
Eshki juga menggambarkan fase transisi di era pasca-Mubarak sebagai "proses yang sulit" bagi seluruh bangsa. Menurutnya perlu ada usaha menegosiasi transformasi dari otoritarianisme menuju sistem politik yang berbasis kebebasan.
"Saya berharap bahwa perkembangan demokrasi akan tercapai dengan cepat; Mesir tidak sanggup membayar harga alternatif lain," kata Eshki.
Kekhawatiran Saudi munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir adalah bukti adanya persaingan ideologis.
Bulan lalu, Ahmed Al-Qattan, duta besar Arab Saudi untuk Mesir, menekankan bahwa kerajaan kaya minyak tidak mendukung calon presiden Mesir tertentu, menepis tuduhan bahwa negaranya mendukung presiden dari kubu partai Islam. (althaf/arrahmah.com)