Teks Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Gerakan Nasional Penghematan Penggunaan BBM
PIDATO
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL
PENGHEMATAN PENGGUNAAN
BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
Jakarta, 29 Mei 2012
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,
Malam ini, dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian,
pertama-tama saya ingin menyampaikan salam hangat, kepada seluruh rakyat
Indonesia di berbagai penjuru tanah air.
Saudara-saudara,
Sebagaimana kita pahami bersama, saat ini ekonomi dunia kembali
melambat. Ketika bangsa kita sedang giat-giatnya meningkatkan
pembangun-an ekonominya, perekonomian global kembali menghadapi
masalah-masalah baru. Gejolak di wilayah Eropa---khususnya di
Yunani---telah menciptakan ketidakpastian yang berkepanjangan, dan
akibatnya sebagian besar wilayah Eropa mengalami resesi. Lebih jauh
lagi, ekonomi negara-negara berkembang juga terimbas, dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, India, Brasil dan juga
ASEAN. Tidak hanya itu, meskipun mengalami pertumbuhan positif, proses
pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang juga berlangsung lambat.
Pada saat banyak negara di dunia mengalami kesulitan dalam
perekonomiannya, syukur Alhamdulillah, ekonomi kita masih dapat tumbuh
6,5% di tahun 2011. Harga-harga kebutuhan pokok terus kita jaga agar
tetap stabil. Jumlah orang yang menganggur juga semakin turun. Penduduk
yang tergolong miskin semakin berkurang.
Namun demikian, meskipun
ada perbaikan ekonomi kita, pemerintah ingin agar ekonomi kita tumbuh
lebih cepat lagi. Pemerintah ingin kesempatan kerja, terutama bagi
mereka yang berpendidikan menengah dan tinggi, semakin terbuka.
Pemerintah ingin keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, semakin
banyak lagi yang dapat ditingkatkan taraf hidupnya agar lebih layak.
Pemerintah juga berketetapan untuk meningkatkan makin tersedianya
infrastruktur, seperti jalan, transportasi, saluran irigasi, ataupun
fasilitas komunikasi, yang makin baik dan mencukupi.
Saudara-saudara,
Tekad dan upaya kita untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat kita, nampaknya masih menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Sebagaimana yang saya sampaikan tadi, saat ini perekonomian dunia
sedang menghadapi ketidakpastian yang tinggi. Pada satu sisi
perekonomian global melemah, sementara pada sisi yang lain, akibat dari
kondisi politik dan keamanan di Timur Tengah, harga bahan bakar
cenderung meningkat. Situasi ekonomi dunia seperti ini dapat menghambat
upaya kita, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Di samping
tantangan dari situasi global yang jelas berdampak pada perekonomian
kita, Indonesia juga menghadapi permasalahan di dalam negeri, antara
lain:
Pertama, anggaran untuk subsidi BBM dan listrik jumlahnya
sangat besar, dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010,
subsidi BBM dan listrik telah mencapai Rp 140 trilyun. Dan pada tahun
2011 meningkat lagi menjadi Rp 256 trilyun. Meningkatnya subsidi ini
dikarenakan oleh tingginya harga minyak dunia, serta meningkatnya
penggunaan BBM dan listrik, baik oleh masyarakat, angkutan atau
transportasi, maupun untuk kalangan industri. Besarnya subsidi BBM dan
listrik, mengakibatkan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk membangun
infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi, pelabuhan laut, dan
bandar udara.
Kedua, besarnya anggaran subsidi BBM dan listrik juga
berpotensi meningkatkan defisit anggaran negara, karena penerimaan
negara lebih kecil dari belanja negara. Defisit anggaran ini, tentu
harus kita tutupi, dan salah satu cara menutupinya biasanya dengan
mencari pinjaman atau utang baru. Cara seperti ini tentu bukan pilihan
kita. Kita tidak ingin utang kita terus meningkat, dan akhirnya
membebani anak-cucu kita. Justeru sebaliknya, yang kita inginkan dan
lakukan adalah menurunkan rasio utang yang kita tanggung, dari waktu ke
waktu.
Sementara itu, dalam kondisi perekonomian dunia yang
melemah, ekonomi Indonesia ditantang dan justru harus semakin mandiri,
dan harus mampu pula bertahan dari goncangan. Untuk itu, sumberdaya
yang kita miliki harus dimanfaatkan dengan efisien dan tepat sasaran.
Anggaran yang terbatas harus kita kelola bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Dana subsidi yang begitu besar harus tepat sasaran, dan kita
alokasikan bagi rakyat yang benar-benar tidak mampu. BBM yang semakin
mahal dan langka, juga harus kita gunakan dengan hemat. Dengan demikian
kita bisa memberikan alokasi anggaran yang lebih banyak lagi bagi
upaya-upaya pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja,
peningkatan infrastruktur, dan juga pelayanan publik.
Saudara-saudara,
Untuk mengatasi persoalan yang kita hadapi bersama, kita harus
mengambil kebijakan yang tepat, langkah yang jelas dan terarah, serta
sesuai dengan kondisi yang dialami oleh masyarakat luas. Oleh karena
itu, dalam kaitan ini, saya menggariskan dua agenda penting, yang harus
kita lakukan:
Pertama, mencegah naiknya defisit anggaran, dengan
cara meningkatkan pendapatan negara, dan melakukan optimalisasi,
termasuk penghematan anggaran belanja negara; dan
Kedua, mengurangi subsidi BBM dan listrik, melalui gerakan peng-hematan secara nasional.
Sesungguhnya tidak cukup banyak opsi atau pilihan yang dapat kita
pilih dalam upaya mencegah naiknya subsidi, dan upaya untuk meningkatkan
pendapatan negara. Pilihan atau opsi yang tersedia dan yang dapat kita
pilih pada saat ini, sekali lagi adalah meningkatkan pendapatan negara
dan optimalisasi atau ketepatan pembelanjaan negara, termasuk
pembelanjaan di daerah-daerah.
Meningkatkan pendapatan negara dapat
kita lakukan melalui upaya peningkatan pendapatan Negara dari pajak
maupun bukan pajak. Agar penerimaan dari pajak makin meningkat maka
jumlah wajib pajak yang belum terjaring, serta cakupan dan kepatuhan
pembayaran pajak mesti ditingkatkan, tanpa harus menaikkan tarif pajak.
Pada saat yang sama, kita juga dapat meningkatkan Pendapatan Negara
Bukan Pajak (PNBP), misalnya melalui sektor usaha pertambangan serta
minyak dan gas bumi.
Pada kesempatan yang baik ini, saya sungguh
berharap agar perusahaan-perusahaan besar, baik perusahaan multinasional
maupun BUMN dan swasta dalam negeri, benar-benar memenuhi kewajiban
pembayaran pajak, serta bersedia mendukung upaya pemerintah untuk
menaikkan pendapatan negara dari sektor pertambangan. Hal ini sangat
penting saya kemukakan agar segalanya dapat memenuhi rasa keadilan
sosial, dapat membantu rakyat miskin, dan dapat berbagi beban (burden
sharing) dengan pemerintah ketika menghadapi situasi yang sulit.
Sementara itu, optimalisasi pembelanjaan negara harus dapat kita lakukan
melalui; penghematan belanja barang yang tidak mendesak; meningkatkan
belanja modal, khususnya untuk pembangunan infrastruktur di seluruh
tanah air; serta memprioritaskan ketersediaan anggaran yang cukup untuk
program pengurangan kemiskinan. Dalam rangka efisiensi, kita juga harus
mencegah pembangunan gedung-gedung baru, yang tidak sangat diperlukan.
Apabila pembangunan semacam itu diperlukan, haruslah dilakukan dengan
sangat selektif, dan tetap menjaga efisiensi penggunaan anggaran.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Secara khusus, untuk mengurangi subsidi BBM dan listrik, kita perlu
melakukan gerakan penghematan secara nasional. Inilah cara yang paling
tepat pada saat ini. Sesungguhnya, memang ada cara lain yg lebih
sederhana dan mudah, sebagaimana dilaksanakan di banyak negara, atau di
negara kita sendiri di masa lalu, yaitu menaikkan harga BBM dan Tarif
Dasar Listrik (TDL).
Tetapi kenaikan harga BBM dan TDL itu tidak
kita lakukan sekarang ini. Kenaikan harga BBM dan TDL tidak kita pilih
sekarang ini. Oleh karena itu, gerakan penghematan besar-besaran harus
kita laksanakan dengan serius dan harus sukses, agar APBN kita aman.
Saudara-saudara,
Berkaitan dengan gerakan nasional penghematan BBM dan Listrik, baik
yang berlaku untuk tahun ini, maupun tahun-tahun mendatang, pada
kesempatan yang baik ini saya ingin mengemukakan lima kebijakan dan
tindakan, yaitu :
Pertama, pengendalian sistem distribusi di setiap
SPBU. Pengendalian ini kita lakukan dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang sudah ada. Nantinya, setiap kendaraan akan
didata secara elektronik, baik data kepemilikan maupun data fisik
kendaraan tersebut. Setiap kali kendaraan tersebut mengisi BBM, maka
jumlah BBM subsidi yang dibeli akan tercatat secara otomatis, dan dapat
diketahui jumlah pembelian setiap harinya. Langkah ini untuk menjamin
bahwa konsumsi BBM khususnya yang bersubsidi dapat dikendalikan secara
transparan dan akuntabel, dan penggunaannyapun tepat sasaran. Ingat,
BBM bersubsidi hanya bagi mereka yang berhak. Jumlahnyapun harus tepat,
sehingga dapat dicegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan, yang akan
sangat merugikan negara.
Di samping itu, untuk mencegah terjadinya
kelangkaan BBM, Pertamina akan tetap menjaga pasokan sesuai dengan kuota
daerah, tetapi sekaligus menyediakan BBM non subsidi berapapun yang
dibutuhkan.
Kedua, adalah pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan
pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, juga untuk BUMN dan BUMD.
Langkah ini kita lakukan dengan cara pemberian stiker khusus, bagi
kendaraan yang dilarang menggunakan BBM bersubsidi tersebut. Jajaran
Pemerintah Pusat dan daerah, BUMN dan BUMD harus memberikan contoh nyata
dalam upaya penghematan BBM ini. Langkah ini juga untuk meyakinkan
bahwa subsidi dengan anggaran yang besar benar-benar tepat sasaran, dan
sesuai dengan peruntukannya.
Kebijakan ketiga, adalah pelarangan BBM
bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan. Pelarangan ini
kita lakukan dengan menerapkan sistem stiker pula. Pengawasannya
dilakukan oleh BPH Migas, secara terpadu bekerjasama dengan aparat
penegak hukum dan Pemerintah Daerah. Harus pula dilakukan kontrol yang
ketat di daerah, utamanya di areal usaha perkebunan dan pertambangan,
serta Industri, atas pelaksanaan ketentuan ini. Selanjutnya untuk
memenuhi kebutuhan BBM bagi kalangan pertambangan dan perkebunan,
Pertamina akan menambah SPBU BBM non subsidi sesuai kebutuhan di
lokasi-lokasi tersebut.
Kebijakan keempat, adalah konversi BBM ke
Bahan Bakar Gas (BBG) untuk transportasi. Program konversi, atau
pengalihan penggunaan BBM ke BBG ini harus menjadi program utama
nasional, sebagai upaya kita mengurangi ketergantungan pada BBM, dan
kemudian beralih ke gas, terutama di sektor transportasi. Pada tahun
ini, akan dibangun stasiun pengisian gas baru sebanyak 33 stasiun, dan
sebanyak 8 stasiun akan direvitalisasi kembali. Untuk langkah awal,
mulai tahun ini, pemerintah akan membagikan 15.000 converter kit, atau
alat konversi penggunaan BBM menjadi BBG bagi angkutan umum secara
bertahap, dan terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.
Diversifikasi dan konversi BBM ke BBG, efektivitasnya memang baru akan
dirasakan pada tahun 2013 mendatang. Namun, langkah ini sekali lagi
merupakan upaya penting dalam penghematan penggunaaan BBM bersubsidi,
dan juga penting untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan.
Sedangkan kebijakan kelima, adalah penghematan penggunaan listrik dan
air di kantor-kantor pemerintah, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD,
serta penghematan penerangan jalan-jalan, yang semuanya mulai
diberlakukan pada bulan Juni 2012. Pimpinan instansi dan lembaga terkait
harus bertanggung jawab untuk suksesnya pelaksanaan program ini. Pada
tahun 2008 dan 2009 yang lalu, ketika kita menghadapi kondisi yang
relatif sama dengan apa yang terjadi saat ini, gerakan penghematan
listrik dan air ini berjalan dengan sangat sukses. Saat itu kita
berhasil menurunkan penggunaan BBM dan listrik yang signifikan.
Kelima langkah yang saya sebutkan tadi, akan ditunjang oleh pengetatan
pengawasan. Kita akan meningkatkan pengawasan dan menindak dengan tegas
setiap penyelewengan penggunaan BBM bersubsidi. Saya instruksikan
kepada BPH Migas agar meningkatkan koordinasi dengan instansi-instansi
terkait, untuk memastikan tidak ada kebocoran dan penyimpangan dalam
distribusi, mulai dari depo sampai ke stasiun pengisian (SPBU), dan di
tempat-tempat lainnya.
Saudara-saudara,
Kebijakan energi lainnya
yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan alokasi gas yang lebih
besar bagi keperluan dalam negeri. Pasokan gas yang semakin besar bagi
keperluan dalam negeri memerlukan kesiapan infrastruktur yang mencukupi.
Untuk itu Pemerintah berketetapan untuk meningkatkan pembangunan
infrastruktur jaringan pipa Gas, serta pembangunan instalasi pencairan
dan pemurnian LNG untuk keperluan dalam negeri. Tentu saja, kita juga
terus meningkatkan kapasitas industri gas di tanah air, agar lebih
banyak lagi gas alam yang dihasilkan di dalam negeri.
Tujuan dan
sasaran kebijakan alokasi gas yang lebih besar sesungguhnya dimaksudkan
untuk mengurangi impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri, serta
mengurangi ketergantungan pada BBM. Peningkatan alokasi gas untuk dalam
negeri juga kita arahkan untuk mendorong industri dan transportasi,
dengan menggunakan gas bumi. Sebagai negara penghasil gas bumi yang
berpotensi terus berkembang, maka seharusnyalah kita lebih mendorong
penggunaan gas untuk keperluan dalam negeri kita. Saat ini pemerintah
sedang melaksanakan negosiasi dengan perusahaan yang memproduksi gas di
Indonesia untuk keperluan ini. Hasilnya positif. Di tahun-tahun
mendatang akan jauh lebih banyak gas yang akan digunakan untuk
kepentingan dalam negeri kita.
Saudara-saudara,
Di samping
upaya-upaya pengendalian penggunaan BBM serta konversi BBM ke BBG, kita
pun harus memulai menggunakan energi baru dan terbarukan, baik untuk
transportasi, industri maupun pembangkit listrik. Di masa depan, kita
harus membangun sistem transportasi dan kendaraan yang tidak tergantung
pada BBM. Untuk jangka pendek, kita mendorong penggunaan kendaraan
hybrid, yaitu kendaraan yang dapat digerakkan baik menggunakan BBM
maupun tenaga listrik, yang jenis kendaraan ini mulai dipasarkan di
Indonesia. Kendaraan jenis ini akan sangat menghemat penggunaan BBM.
Untuk jangka menengah dan jangka panjang, saya telah menginstruksi-kan
kepada kementerian terkait---terutama Kemendikbud dan kalangan perguruan
tinggi, bersama-sama Kementerian Ristek dan Kementerian BUMN---untuk
mulai mengembangkan kendaraan listrik buatan putra bangsa sendiri.
Sementara itu, untuk mendorong percepatan investasi bagi terwujudnya
kendaraan Hybrid dan kendaraan listrik, pemerintah akan menerapkan
kebijakan yang tepat, seperti pemberian kemudahan dan juga insentif
fiskal. Dengan kebijakan ini diharapkan harga kendaraan hemat bahan
bakar dapat dijangkau oleh masyarakat, dan, diharapkan pula harganya
dapat bersaing dengan harga kendaraan yang hanya menggunakan BBM.
Secara khusus, kepada jajaran Pertamina, saya minta untuk meningkatkan
usaha eksplorasi dan produksi, termasuk di negara-negara lain. Langkah
ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan tingkat produksi
minyak kita, yang dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pada saat yang
sama, tingkatkan efisiensi dalam perdagangan minyak mentah dan BBM,
dengan mengutamakan pembelian langsung ke sumber-sumber utama.
Kepada jajaran PLN, saya minta untuk menghentikan pembangunan pembangkit
listrik yang menggunakan BBM. Sebaliknya, perluas dan tingkatkan
pembangunan pembangkit listrik dengan energi baru dan terbarukan,
seperti listrik tenaga surya, panas bumi, tenaga air, dan biomasa.
Kepada jajaran PGN, saya minta untuk segera mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas, yang
sangat penting bagi pelaksanaan konversi BBM ke BBG untuk sektor
transportasi, pembangkit listrik, industri, serta rumah tangga. Pastikan
pada saatnya nanti seluruh daerah akan dapat diberikan dukungan gas
sesuai kebutuhannya.
Saudara saudara sebangsa dan setanah air,
Apa yang saya kemukakan tadi, merupakan gambaran situasi dan tantangan
yang kita hadapi dewasa ini. Itulah pula kebijakan dan langkah tindak
yang pemerintah tetapkan untuk mengatasi permasalahan subsidi BBM dan
listrik yang membengkak, serta defisit anggaran yang cenderung
meningkat. Keberhasilan kebijakan dan langkah nyata ini sudah pasti akan
sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya,
apabila kebijakan penghematan BBM dan peningkatan pendapatan negara
tidak berhasil, rakyat dan kita semua pula yang harus menanggung beban
dan akibat buruknya.
Pada kesempatan yang baik ini, sekali lagi
saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air, untuk
menjalankan penghematan BBM dan listrik dengan penuh kesungguhan. Tanpa
peran serta semua komponen bangsa, niscaya program penghematan ini
tidak akan berhasil dengan baik.
Kepada para Menteri, para
Gubernur, para Bupati, dan para Walikota, saya minta untuk mengelola,
mengawasi, dan menyukseskan gerakan penghematan energi ini.
Saya
juga mengajak insan pers, Lembaga Swadaya Masyarakat dan seluruh rakyat
Indonesia, untuk ikut melakukan pengawasan gerakan penghematan BBM dan
listrik, serta peningkatan pendapatan negara, yang baru saja saya
jelaskan dalam pidato ini.
Kepada jajaran kepolisian dan penegak
hukum, teruslah bersikap dan bertindak tegas, terhadap setiap bentuk
penyimpangan dan tindak kejahatan penyalahgunaan BBM bersubsidi.
Terus terang saudara-saudara, masalah yang kita hadapi saat ini tidaklah
ringan. Saya tidak ingin memberikan angin surga, bahwa seolah-olah
semuanya serba baik. Karena memang perekonomian global sedang menurun
dan bermasalah, serta penuh dengan ketidakpastian.
Namun, saya
yakin jika kita bersatu dan bergandengan tangan, serta bekerja keras dan
berikhtiar bersama, seberat apapun permasalahan dan tantangan yang
kita hadapi, insya Allah, kita akan dapat mengatasinya. Apalagi jika
kedua agenda besar ini ---penghematan BBM dan listrik serta peningkatan
pendapatan negara---dapat benar-benar kita sukseskan. Semuanya itu akan
menjadi modal yang sangat besar bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa
saat ini dan di masa mendatang.
Demikian saudara-saudara, semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT senantiasa meridhoi gerak dan langkah
kita untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita semua.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Jakarta, 29 Mei 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO