-->

Amnesty: Muslim di Eropa Menghadapi Diskriminasi

ResistNews - Negara-negara Eropa penuh dengan diskriminasi terhadap Muslim, terutama di bidang pendidikan dan pekerjaan, lapor kelompok hak asasi Amnesty International, Selasa (24/4).
muslim bulgaria

Dalam laporan yang berfokus pada Belgia, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Swiss, Amnesty mendesak pemerintah Eropa supaya berbuat lebih banyak untuk menantang pandangan negatif dan prasangka buruk terhadap Islam.

Laporan itu sangat kritis terhadap negara yang telah melarang memakai cadar penutup atau pada pemakaian simbol-simbol keagamaan di sekolah.

"Partai politik dan pejabat publik terlalu sering menjadika hal  ini sebagai sarana untuk mendapatkan suara," kata Marco Perolini, ahli Amnesti Internasional bagian diskriminasi.

"Wanita Muslim ditolak ketika mencari pekerjaan dan anak perempuan dilarang dari menghadiri kelas reguler hanya karena mereka memakai bentuk-bentuk pakaian, seperti jilbab.

Pria diberhentikan dari pekerjaannya karena memakai jenggot yang terkait dengan Islam, kata laporan itu

Laporan Amnesty diliris dua hari setelah Front Nasional anti-imigran mencapai suara terbanyak di putaran pertama pemilihan presiden Prancis, dengan 18 persen pemilih mendukung pemimpin Kelautan Le Pen.

Laporan yang berjudul "Pilihan dan prasangka: diskriminasi terhadap Muslim di Eropa", mengatakan, undang-undang yang melarang diskriminasi dalam pekerjaan belum dilaksanakan di Belgia, Prancis dan Belanda.

Pengusaha telah diizinkan untuk melarang simbol agama atau budaya atas dasar bahwa mereka akan mengganggu klien atau kolega, atau bahwa hal itu bertentangan dengan citra perusahaan atau netralitas perusahaan, katanya.

Amnesty mengatakan ini bertentangan langsung dengan hukum Uni Eropa. " UU Uni Eropa yang melarang diskriminasi atas dasar agama atau kepercayaan di bidang ketenagakerjaan tampaknya menjadi ompong di seluruh Eropa, seperti yang kita amati tingkat pengangguran yang lebih tinggi di kalangan umat Islam," kata Perolini.

Hal ini terutama terjadi di kalangan imigran wanita Muslim, tambahnya.

Dalam dekade terakhir, murid sekolah telah dilarang mengenakan jilbab atau baju agama tradisional lainnya di negara-negara termasuk Spanyol, Perancis, Belgia, Swiss dan Belanda, kata Amnesti.

Kelompok ini juga mengkritik Swiss karena melarang pembangunan menara baru masjid pada tahun 2009.

Dikatakan bahwa di wilayah Catalonia, Spanyol, banyak Muslim harus shalat di luar gedung karena pihak berwenang menolak memberikan tempat untuk membangun masjid dengan alasan bahwa hal ini tidak sesuai dengan tradisi dan budaya Catalan.(nat.pk)