Hal itu terungkap dalam sebuah laporan catatan sejarah unit perburuan Nazi dari Departemen Kehakiman.
"Amerika, yang membanggakan diri sebagai tempat berlindung orang-orang yang diburu, dalam beberapa hal justru menjadi tempat berlindung para pemburu," demikian disebutkan dalam dokumen setebal 600 halaman tersebut.
New York Times mendapatkan salinan laporan tersebut yang dimuat di situs internet National Security Archive, sebuah kelompok swasta.
Laporan yang telah sejak lama dirahasiakan itu membeberkan detail baru dari sebagian besar kasus besar yang ditangani Kantor Investigasi Khusus Departemen Kehakiman AS.
Laporan itu mengungkapkan bahwa para pejabat AS yang ditugasi merekrut para ilmuwan asing setelah Perang Dunia II, tak mengindahkan perintah Presiden Harry S. Truman yang melarang masuknya para anggota Partai Nazi atau orang-orang yang secara aktif mendukung Nazi.
Arthur Rudolph, salah satu dari ratusan orang ilmuwan yang dibawa masuk ke AS setelah perang, pada tahun 1947 mengatakan kepada para penyidik bahwa dirinya pernah mendatangi penggantungan tahanan perang yang dituding melakukan sabotase di sebuah lokasi di dekat Nordhausen, Jerman. Rudolph menjadi direktur operasi di sana.
Pabrik yang dioperasikannya memproduksi roket-roket V-2 dengan menggunakan tenaga buruh. Para pejabat imigrasi AS tahu bahwa Rudolph adalah anggota Partai Nazi, tapi ia tetap diizinkan masuk AS.
Rudolph kemudian menjadi orang terhormat di AS dan menjadi "bapak" roket Saturnus V, roket yang memungkinkan AS melakukan pendaratan manusia pertama di bulan. Rudolph pergi ke Jerman pada tahun 1984 dan kehilangan status sebagai warga negara AS.
Laporan itu juga memaparkan mengenai sebuah diskusi di CIA terkait permintaan agar anggota Partai Nazi Otto Von Bolschwing mengakui masa lalu Nazi-nya jika ditanyakan mengenai hal itu saat mengajukan permohonan kewarganegaraan AS.
Membalikkan nasihat sebelumnya, lembaga itu menyimpulkan bahwa Bolschwing harus memberitahukan yang sebenarnya. CIA mempekerjakan Bolschwing pada era Perang Dingin karena ia memiliki kontak dengan etnis Jerman dan Rumania. Departemen Kehakiman ingin mendeportasi Von Bolschwing saat mengetahui mengenai masa lalunya.
Von Bolschwing ternyata pernah bekerja untuk Adolf Eichmann dan membantu merumuskan program pemburuan Yahudi Jerman pada tahun 1930-an. Eichman disebut-sebut sebagai salah satu orang yang merancang Holocaust.
"Sebagian mungkin menganggap kerja sama pemerintah dengan orang-orang seperti Faustian sebagai sebuah persetujuan," tulis laporan itu. "Sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai kompromi moral yang muncul karena kebutuhan."
Dalam tuntutan hukum yang dilayangkan National Security Archive, Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa laporan itu tidak pernah terselesaikan dan berisi sejumlah kesalahan fakta dan penghapusan, serta bukan merupakan pendapat resmi Departemen Kehakiman.
Pada hari Minggu, Laura Sweeney, seorang juru bicara wanita Departemen Kehakiman, mengatakan, "Pihak departemen berkomitmen menegakkan transparansi dan menyediakan informasi yang sejalan dengan hukum yang berlaku. Para pengacara yang ahli dalam UU Kebebasan Informasi menentukan redaksional tertentu berdasarkan privasi dan pertimbangan lain berdasar hukum."
Ada beberapa bagian dalam laporan itu kabarnya telah dihapus oleh Departemen Kehakiman AS, di antaranya:
Yang juga dihapus adalah putusan pengadilan banding AS tahun 1993 yang membahas tuduhan pelanggaran etika terhadap para pejabat Departemen Kehakiman. (dn/mh) www.suaramedia.com