-->

IRESS: Rencana Pembelian Saham Medco Harus Dibatalkan

JAKARTA (ResistNews) -
alt
Indonesia Resources Studies (IRESS) mendesak Kementerian BUMN dan Pertamina untuk membatalkan rencana pembelian saham Medco milik pengusaha Arifin Panigoro. IRESS beralasan rencana itu sangat merugikan rakyat dan negara.

Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara mengatakan pada awalnya pihaknya  menyambut baik rencana penyatuan kedua perusahaan nasional itu, terutama karena berbagai keuntungan yang akan diperoleh secara nasional jika merger terjadi.

Pertamina menjelaskan bahwa akusisi saham Medco ini untuk mewujudkan target produksi Pertamina sebesar 1 juta barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD). Selain itu pembelian saham Medco juga akan menyatukan kemampuan teknis, keuangan, bisnis, manajemen dan SDM kedua perusahaan sehingga akan memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan ketersediaan energi nasional.

"Namun setelah memperhatikan aspek-aspek prosedural dan finansial/harga yang melingkupi rencana akuisisi ini, IRESS sangat khawatir bahwa akuisisi tersebut akan sangat merugikan negara dan rakyat", ungkap Marwan dalam pers release yang dikirimkan kepada Suara Islam, Kamis (25/11/2010).

Ada sejumlah alasan mengapa IRESS mendesak pemerintah dan Pertamina untuk membatalkan pembelian saham yang rencananya akan dieksekusi pada tanggal 20 November 2010 itu. Berikut enam alasan yang dipaparkan IRESS:

Pertama, secara umum prosedur pembelian perlu dipertanyakan, karena tidak dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku. Siapa yang menjadi konsultan (hukum dan keuangan) Pertamina dalam proses akuisisi, dan adakah proses tender telah dilakukan untuk memilihnya?

Kedua, ide pembelian berasal dari Konsultan Mckenzy 2 tahun yang lalu, dan saat ini sudah tidak relevan dan tidak berlaku. Sejak pertengahan Oktober 2010, saat rencana akusisi diumumkan, tidak jelas siapa yang berperan sebagai konsultan Pertamina, terutama untuk menilai harga yang wajar dan objektif. Apakah hal ini sudah dibahas dalam rapat Dekom dan dikonsultasikan dengan DPR?

Ketiga, harga beli 55% saham Medco sebesar US$ 700 juta adalah sangat mahal. Hutang Medco per 30 Juni 2010 adalah US$ 898,990,000.-. Di sisi lain, deviden yang diterima oleh Encore Energy sesuai porsi sahamnya, adalah: US$ 0 (2008) US$ 25,300 (2009) dan US$ 4,3 juta (2010). Dengan kondisi demikian, sampai berapa puluh tahun yang akan datang kah Pertamina akan mencapai BEP dan memperoleh keuntungan dari investasi US$ 700 juta tersebut?

Keempat, dalam waktu kurang dari 5 tahun ke depan, ada 4 PSC Medco  yang akan berakhir masa berlakunya. Jika pemerintah konsisten dengan sikapnya yang ingin membesarkan Pertamina, wilayah kerja tersebut otomatis jatuh ke tangan Pertamina. Selain itu, 58% dari total cadangan Medco berasal dari blok Senoro Tolii yang merupakan ladang bersama kedua perusahaan. Dengan demikian, pembelian saham Medco menjadi tidak relevan dan mubazir!

Kelima, Encore Energy tidak memiliki kontrol, penuh untuk Matahari dan tidak memiliki hak untuk mengangkat Matahari. Hal ini jelas tidak menguntungkan Pertamina dan tidak sejalan dengan visi dan rencana produksi 1 juta barel Pertamina. Oleh sebab itu, transaksi hanya akan menguntungkan jika dilakukan pada tingkat PSC.

Keenam, direktur Hulu Pertamina Bagus Setiarja telah mengundurkan diri karena tidak sepakat dengan rencana akusisi yang merugikan negara tersebut. Sejumlah karyawan Pertamina, termasuk Serikat Pekerja Pertamina, juga telah menolak rencana busuk ini, termasuk telah menulis surat protes kepada direksi Pertamina dan sejumlah pejabat negara (copy surat ada di IRESS).

Marwan juga mensinyalir bahwa fenomena obral saham BUMN akhir-akhir ini dan pembelian saham perusahaan swasta dengan harga mahal tak dapat dilepaskan dari kepentingan oknum-oknum di lingkaran kekuasaan untuk mendapatkan komsisi, memburu rente dan mandapatkan keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu sesingkat-singkatnya, dengan mengorbankan kepentingan BUMN dan rakyat Indonesia.

"Ini sama seperti saat penjualan Indosat kepada Temasek, the ultimate crimes against the nation!", jelas mantan anggota DPD RI itu.

Jika rencana kementerian BUMN dan Pertamina ini tetap dijalankan, Marwan meminta agar seluruh jajaran direksi Pertamina mundur dari jabatannya. "Kami menghimbau seluruh karyawan Pertamina untuk melakukan pembangkangan massal atas rencana dan kesewenang-wenangan tersebut", seru Marwan.

Seperti diketahui, pada tanggal 15 Oktober 2010 yang lalu Pertamina dan Medco telah menandatangani principle of agreement yang antara lain berisi perjanjian tentang rencana pembelian 55% saham Encore International Ltd. (EIL), induk Medco Energi, oleh Pertamina dari Arifin Panigoro. Eksekusi pembelian saham direncanakan pada tanggal 30 November 2010, setelah seluruh aspek terkait hal-hal yang bersifat administratif, finansial dan kontraktual diselesaikan oleh kedua belah pihak. Dengan akuisisi saham tersebut Pertamina secara tidak langsung akan menjadi pemegang saham di Medco dengan total pemilikan 27,9%. (suara-islam.com)