Seorang demonstran memegang senapan serbu Swiss pura-pura bergabung dengan protes terhadap penerimaan sebuah menara larangan selama reli di Helvetia Square di Zurich, Swiss, pada Minggu, November 29, 2009. Swiss pemilih sangat banyak menyetujui larangan konstitusional menara pada hari Minggu, pembatasan pembangunan menara masjid yang menjadi ikon dalam suatu kejutan suara yang menempatkan Swiss di garis depan Eropa yang berkembang Penolakan terhadap penduduk Muslim.
Mayoritas pemberi suara di Swiss memilih untuk melarang pembuatan menara yang berkaiatan dengan masjid dan menjadi tempat adzan dikumandangkan.
"Usul ini ... bukan hanya dipandang sebagai serangan terhadap kebebasan untuk menganut kepercayaan, tapi juga sebagai upaya untuk menghina perasaan masyarakat Muslim di dalam dan luar Swiss," kata Gomaa, pejabat pemerintah Mesir dalam urusan hukum Islam, kepada kantor berita resmi negeri tersebut, MENA dan dikutip AFP.
Ia mendorong 400.000 Muslim di Swiss agar menggunakan dialog dan cara-cara hukum guna menghadapi larangan itu, yang ia gambarkan sebagai tindakan provokatif.
Partai Rakyat Swiss (SVP), yang beraliran tengah dan menjadi partai terbesar di Swiss, telah menggolkan referendum tersebut setelah mengumpulkan 100.000 tandatangan wajib dari pemilih yang sah dalam waktu 18 bulan.
Gomaa juga menyeru umat Muslim agar tak terpengaruh oleh aksi provokasi itu, dan menambahkan Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga.
Mesir dalam negara Arab yang berpenduduk paling padat dan menjadi pusat serangan terhadap Denmark pada 2006, setelah satu surat kabar Denmark menyiarkan gambar kartun Nabi uhammad SAW.
"Swiss telah gagal memberi tanda yang jelas mengenai keragaman, kebebasan beragama dan hak asasi manusia," kata Omar Ar-Rawi, wakil integrasi Islamic Domination di Austria, yang menyatakan reaksinya penuh duka dan kekecewaan.(cr/an) www.suaramedia.com