 Seorang polisi Israel mendorong wanita Muslim Palestina dalam peristiwa bentrokan di dekat kompleks Masjid Al Aqsa. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap pongah dan bersikap tenang-tenang saja atas kekerasan tersebut dan konsekuensi yang mungkin ditimbulkannya. (SuaraMedia News) YERUSALEM (SuaraMedia News) – Munculnya kekerasan Zionis yang terjadi di luas Masjid Al-Aqsa memiliki sejumlah akibat yang jauh melebihi ketegangan Israel-Palestina. Umat Muslim mulai dari Kairo hingga Jakarta akan marah besar ketika melihat kelakuan pasukan keamanan Israel terhadap situs tersuci ketiga umat Islam. Netanyahu tampaknya tidak menghiraukan hal ini. Menyusul penerjunan ratusan pasukan keamanan Israel di dalam dan sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa padahari Minggu pagi, ketegangan pun pecah antara pasukan Zionis dengan rakyat Palestina. Setidaknya 30 orang warga Palestina terluka dan 20 orang lainnya ditangkap. Menurut pemberitaan yang beredar, polisi melemparkan granat kejut kepada orang-orang yang datang untuk beribadah. Juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfield, mengklaim bahwa para pemuda Arab adalah pihak yang memulai kekerasan dengan lemparan batu terhadap polisi Israel. Sementara Kamal Khatib, juru bicara Gerakan Islam Arab, menyalahkan polisi Israel atas terjadinya kekerasan tersebut. Ia mengatakan, "Polisi selalu mencari pembenaran atas tindakan mereka dan berdalih bahwa rakyat Palestinalah yang melemparkan batu terlebih dahulu. Sudah jelas bahwa mereka hanya ingin mencari pembenaran atas kejahatan mereka," katanya kepada AFP. Organisasi Konferensi Islam (OIC) yang beranggotakan 57 negara telah memperingatkan bahwa segala bentuk tindakan provokatif Israel akan menimbulkan konsekuensi yang mematikan. Kekerasan yang terjadi di kompleks Al Aqsa terus meningkat. Ekmeleddin Ihsanoglu, Sekretaris Jenderal OIC, asosiasi Islam terbesar di dunia, mengatakan bahwa meningkatnya frekuensi kekerasan di tempat suci tersebut adalah hal yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan dampak yang negatif. "Ini adalah pelanggaran terhadap seluruh tempat suci Muslim," kata Ihsanoglu. Dia juga menyerukan kepada komunitas Islam di seluruh dunia untuk bangkit dan bergerak mempertahankan Masjid Al Aqsa, dia juga memperingatkan bahwa Israel ekan menanggung konsekuensi terhadap perdamaian dan keamanan internasional jika sampai terjadi kerusakan terhadap Masjid Al Aqsa. Perlu diingat, intifada kedua yang dilakukan bangsa Palestina juga lahir dari bentrokan di luar Masjid Al Aqsa. Peristiwa tersebut berakar dari kunjungan provokatif Ariel Sharon ke Al Aqsa pada bulan September 2000 lalu. Sembilan tahun kemudian, pemerintahan sayap-kanan lainnya kembali berkuasa. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengatakan bahwa dirinya tenang-tenang saja dengan kekerasan tersebut, atau berbagai tajuk utama yang menghiasi pemberitaan di dunia Arab. Netanyahu menjadi semakin yakin karena meningkatnya dukungan para pemilih Israel terhadap dirinya, meski hubungan diplomasi antara pemerintahannya dengan negara-negara tetangga mengalami kemerosotan. Dalam hasil dari sebuah jajak pendapat pada akhir pekan lalu, jka pemilihan umum dilaksanakan hari ini, maka partai Likud pimpinan Netanyahu akan tumbuh menjadi partai terbesar dalam parlemen Israel. Hubungan yang buruk dengan negara-negara tetangga dapat terlihat ketika Turki, sebuah negara yang selama ini menjadi sekutu kunci regional Israel, mengambil sikap keras terhadap negara Zionis tersebut. Turki tidak memperkenankan pasukan Israel untuk turut ambil bagian dalam latihan militer NATO bulan ini. Serangan tembakan kejut dari para anggota kepolisian Israel terhadap rakyat Palestina di luar kompleks Masjid Al-Aqsa hanya akan membuat Israel terus kehilangan dukungan regional. Kemarin, Yordania menuntut agar polisi Israel berhenti dan tidak lagi merangsek masuk ke kompleks masjid suci tersebut. Yordania juga memperingatkan bahwa provokasi-provokasi berbahaya yang dilontarkan Israel akan mengancam proses perdamaian Timur Tengah. Sementara itu, pemimpin gerakan Hamas, Ismail Haniyya, mendesak para pemimpin negara- negara Arab dan Muslim untuk mengambil langkah-langkah nyata guna mengakhiri penodaan yang dilakukan oleh Zionis Israel di Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Pada hari Minggu lalu, Haniyya, yang terpilih secara demokratis sebagai Perdana Menteri Palestina, meminta Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam, Ekmeleddin Ihsanoglu, untuk mengatur sebuah pertemuan darurat OIC untuk membahas mengenai serangan terhadap tempat suci ketiga umat Islam tersebut. Dia juga menyerukan kepada Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa, Emir Qatar, Hamad bin Khalifa, dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud Al-Faisal, untuk mengambil tindakan guna melindungi Masjid Al Aqsa dari tangan-tangan kotor Zionis. "Sejak terakhir kali Zionis merusuh di Masjid Al Aqsa, maka peristiwa ini merupakan pertama kalinya tentara Israel mengunci gerbang Masjid dengan rantai, melarang orang untuk beribadah, secara brutal menyerbu halaman Masjid Al Aqsa," kata juru bicara biro politik Hamas, Khalid Mashaal, dalam sebauh pernyataan yang mengutuk serangan Israel tersebut. (dn/to/pv) www.suaramedia.com
|