warnaislam.com — Kaum Muslim Afghanistan memprotes penistaan kitab suci Al-Quran oleh pasukan asing yang menduduki negeri mereka. Dalam aksi protes kemarin (26/10), sedikitnya tiga orang terluka ketika polisi secara membabi-bita menembaki para pemrotes. "Polisi menembaki kerumunan massa, satu peluru mengenai saya. Saya sedang menutup toko saya waktu itu," kata Sherullah.
Sedikitnya 300 warga Afghan berpawai ke gedung parlemen guna memprotes ulah pasukan asing yang dikabarkan membakar Al-Qur'an. Massa demonstran melemparkan batu kepada polisi dan memblokir jalan dengan ban. Bentrokan terjadi ketika polisi berusaha membubarkan massa.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan, lebih dari 15 polisi juga terluka. Lusinan orang ditahan dalam kerusuhan tersebut. "Kami melakukan aksi demo. Kami ingin memprotes pembakaran Qur'an oleh tentara asing, tapi polisi malah datang untuk menyerang kami," kata seorang anak muda yang ikut dalam aksi.
Pasukan asing pimpinan Amerika dikabaerkan membakar mushaf Qur'an selama operasi menyerang Taliban di provinsi Wardak, selatan Kabul, awal bulan lalu. Pihak NATO dan otoritas Afghan menampik kabar tersebut.
Saat ini ada sekitar 100,000 tentara asing di Afghanistan. "Apakah Amerika Serikat mitra Afghanistan yang dapat diandalkan? Apakah Barat mitra Afghanistan yang dapat diandalkan?" tanya Presiden Afghanistan Hamid Karzai dalam wawancara dengan CNN. "Apakah kami menerima komitmen yang telah kami berikan? Apakah kami sudah diperlakukan sebagai mitra?"
Amerika menginvasi Afghanistan tahun 2001 dengan janji menegakkan demokrasi dan kesehajteraan di negara Muslim Asia tengah ini. Namun, delapan tahun setelah Amerika menggulingkan rezim Taliban dan mendirikan pemerintahan dukungan Barat, Afghanistan masih sengsara. Fasilitas listrik dan air bersih masih sulit didapatkan rakyat.
Afghanistan kini tengah bersiap mengadakan pemilu ulang pada 7 November, guna memilih salah satu dari dua kandidat presiden, Karzai dan mantan Menlu Abdullah Abdullah. (iol/mel).*