-->

Ustadz Ba’asyir: Thaghut Peringati Nuzulul Qur’an tapi Syari’at Islam Dikentuti



+ResistNews Blog - Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyampaikan kiritik atas peringatan Nuzulul Qur’an yang beberapa waktu lalu diperingati pemerintah. Menurutnya sangat disayangkan jika turunnya Al-Qur’an hanya dijadikan peringatan seremonial setiap tahunnya.

Hal itu disampaikan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, ulama kharismatik yang kini menjalani vonis zalim 15 tahun penjara lantaran menjalankan perintah Al-Qur’an untuk menjalankan syari’at i’dad dan jihad.

Ustadz Ba’asyir menegaskan bahwa seharusnya Al-Qur’an itu dijadikan dasar negara yang mengatur rakyatnya berdasarkan Syari’at Islam.

“Al-Qur’an itu memerintahkan agar mengamalkan Islam secara murni dan keseluruhan,” kata Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kepada para pembesuk, di LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (15/7/2014).

Ia menambahkan, Al-Qur’an yang menjadi kitab suci bagi umat Islam seharusnya dipelajari dan diamalkan.

“Jadi Al-Qur’an itu harus dipelajari dan diamalkan bukan cuma diperingati,” imbuhnya.


thaghut itu mulutnya ngomong mencintai Al-Qur’an tapi syari’atnya dikentuti

Bahkan, menurut Ustadz Abu Bakar Ba’asyir peringatan nuzulul qur’an yang diperingati tanpa mau menjalankan syari’at Islam sebagaimana dalam Al-Qur’an hanya omong kosong.

“Peringatan Nuzulul Qur’an yang seperti itu justru menguntungkan thaghut. Sebab thaghut itu mulutnya ngomong mencintai Al-Qur’an tapi syari’atnya dikentuti,” tandasnya.

Untuk diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar peringatan malam Nuzulul Qur’an di Istana Negara, Jakarta pada Selasa (16/7/2014).

Dalam pidatonya, SBY berharap peringatan Nuzulul Quran yang diselenggarakan pada malam itu dapat menjadi penyejuk paska digelarnya pesta syirik demokrasi, Pemilihan Umum 2014.

“Alhamdulillah kita dapat melaksanakan Nuzulul Quran. Semoga kita dapat lebih mendekatkan diri, mendalami, serta mengkaji nilai yang terkandung dalam Al Quran,” ujar SBY dalam pidatonya pada peringatan Nuzulul Quran di istanan Negara, Jakarta, Rabu (16/7/2014).

“Dan menjadi penyejuk suhu politik yang belakangan menghangat,” lanjut Presiden ke-6 RI itu. [AW/panjimas/ +ResistNews Blog ]